Catatan Bang Wiro I (Bian Devina)
Akhirnya
perjalanan panjang ini memiliki ujung juga. Pengalaman saya dalam menjadi
bagian dari ‘semacam’ lomba menulis paling mahsyur di jurusan Ilmu Komunikasi
UGM, merupakan pengalaman yang hebat. Sempet ngalamin namanya semangat di awal
kemudian redup di tengah, sampai mati di akhir, wajar, untuk menjalani suatu
tanggung jawab butuh adaptasi dan belajar. Karena itu saya tidak menutup
kemungkinan bisa ikut ambil bagian lagi menjadi anak didik Bang Wiro :)
Kesan
tentu sesuatu yang baik-baiknya. Tapi tidak pake bohong, jujur yang saya
katakan adalah kesan yang benar-benar saya dapat disini. Mulai dari temu
panitia, penyerahan secara (tidak) resmi alih kepanitian dan pengurus, sampai brainstorming tentang konsep dan penulis
tamu. Tidak lupa kami juga mengagendakan jadwal ‘piket’ merekap tulisan-tulisan
tiap minggunya. Tidak banyak yang saya kerjakan disini sebenarnya, saya
terbantu sekali dengan adanya teman-teman panitia yang alhamdulillah selo
sekali dikarenakan tinggal nunggu skripsi saja. Semoga skripsinya lancar!
Merekap bukan lah hal yang mudah ternyata, setiap jam 12 harus terjaga untuk
mengawasi siapa saja yang tidak menulis dan kemudian meng-update
postingan-postingan baru para peserta. Luar biasa. Menjadi hiburan tersendiri,
ketika saya merekap sambil membaca postingan-postingan baru yang update. Saya
termasuk peserta, tapi jangan ditiru, saya peserta yang doyan bolos sampai 8
kali :p
Pesan
untuk 31 Hari Menulis berikutnya pastinya menjadi lebih baik dan lebih banyak
diminati. Syukur tahun ini pesertanya jauh lebih banyak ketimbang tahun lalu
(semakin beban pula dalam merekap). Jangan terpaksa dalam menulis, buatlah
semua hanya menjadi lebih teratur. Bebaskan diri kalian dalam menulis, apa
saja, yang kemudian mungkin bagusnya dapat bermanfaat untuk orang lain. Sharing
itu menyenangkan lho, karena dunia ini besar, tidak mungkin dinikmati sendiri.
Semoga hasrat menulis tidak pernah berhenti, karena kalau berhenti, Bang Wiro
yang syedih :)
Catatan Bang Wiro II (Dery
Safrabbani)
kesan dan pesan,
kalo lagi didepan kamera pasti aku
bingung mau bilang apa. terus mikir dulu
"sssssshhmmmmm, apa yaaaa"
tapi karena ditulis menjadi lebih
leluasa dan intinya yang baca kasian.
karena absen di awal-awal program
ini, dan ga ikut rapat di hotel des indes waktu itu, jadi aku kurang terikat
sama kepanitiaannya. tapi emang salahku sih. akhirnya setelah udah di jogja,
baru deh bisa bantu dikit-dikit. dari nyisirin bang wiro sampe pada akhirnya
ngadmin dan puncaknya aku bantu nge-rekap karena binar yang makin lemah karena
pergerakan bulan terhadap bumi yang tidak singkron.
andai pertemuan antar panitia juga
ada di antara tanggal 1 sampe 31 pasti makin asyik. makin keliatan dan
terpandang. jadi paling nggak, tahun depan kalo misalnya harus mewariskan
program ini kepada adik-adik kita sebagai tim panitia udah pasti yang dicari
oleh mereka. intinya orang-orang itu tau siapa punggawanya program ini dan kalo
ada yang mau tanya-tanya tentang program atau mau ikutan jadi panita, mereka
tau harus bertemu siapa.
penghargaan kepada beberapa penulis
di tengah minggu menurutku sangat keren. karena itu motivasi untuk penulis
tersebut untuk bekerja lebih oke. tanya aja 3 serangkai, mereka pernah
ngebayangin gak nulis "de express" terus dapet pizza gratis. maka
dari itu, itulah surga dari program ini. ada kejutan ada hal-hal fantastis yang
tak terkira oleh mereka sebelumnya khusus masalah menulis.
panjang ya ternyata.
oke, itu saja dulu dari saya.
derry safrabbani
jangan lupa follow @mbakdiskon
wassalam
Catatan Bang Wiro III (Bisma
Hakim)
Haloo,
tak terasa kita telah berjumpa pada hari di nanti, hari ke 31 dari
31harimenulis, jika biasanya perpisahan selalu diiringi suasana yang haru,
semoga catatan kecil ini tidak demikian.
Tak terasa
31 hari sudah kita lewati bersama dengan kegiatan yang sama pula yaitu menulis.
Kegiatan yang jarang dilakukan bersama-sama apalagi dengan waktu yang bersamaan
pula. Pada 31harimenulis tahun kedua ini saya menyempatkan diri untuk menjadi
abang wiro ditengah kegiatan yang biasa saya lakukan. Untuk macak selo maka
dibutuhkan juga niat yang mendalam, maka dari itu saya mendaftarkan diri juga
menjadi panitia. Hasilnya mengejutkan, saya akhirnya mau tidak mau merogoh
kocek sebesar 100 ribu untuk membayar denda.
31 hari
menulis telah membuat saya melakukan beberapa hal menjadi lebih dari biasanya,
tidur lebih malam lebih dari biasanya, mengupdate twit lebih dari biasanya, mengecek email lebih dari biasanya, hingga
memposting ke blog lebih dari biasanya. Ternyata tidak mudah juga untuk
melakukan hal-hal yang diluar dari biasanya ini meskipun terlihat simpel.
Di #31harimenulis
tahun kedua ini atmosfer terasa banyak berbeda dari tahun sebelumnya. Meskipun tahun
sebelumnya saya bukan panitia dan peserta tapi saya diam-diam mengikutinya. Dengan
peserta yang lebih banyak, sebesar 64 peserta ternyata membawa perbedaan yang
cukup banyak dari tahun kemarin. Dari sekian banyak perbedaan, ada yang harus digaris bawahi disini yaitu
atmosfer. Atmosfer tahun ini dengan tahun kemarin sangatlah berbeda. Tahun lalu
atmosfer yang tercipta adalah atmosfer acara kolektif, dimana semua orang
bersuka cita mengikuti acara ini, membuat tulisan yang menarik bukan sekedar
hanya untuk terhindar dari denda, melainkan untuk memeriahkan acara ini. Tahun ke
dua ini meskipun dengan peserta yang lebih banyak justru terasa aroma
kompetitifnya, hampir semua peserta berlomba membuat tulisan di blognya hanya
semata agar terhindar dari denda dan melengkapi absen menulisnya. Alhasil beberapa peserta hanya membuat
seadanya, bahkan yang paling parah yang
saya temui peserta bertwit di tumblr. Mungkin tahun depan bisa dibikin
peraturan yang lebih ketat tentang peratutan pemostingan.
Tetapi secara
keseluruhan ini adalah acara yang tetap menarik bagi saya. Acara ini telah
memberikan banyak pembelajaran bagi saya, entah itu dari sudut peserta maupun
panitia. Acara ini telah membuka luas
cakrawala saya dan mengingatkan saya bahwa “diatas langit masih ada langit”,
masih banyak tulisan disana yang lebih baik dari saya. Dan terus memacu saya
untuk terus belajar tentang apapun, semoga andapun demikian.
Acara ini
memang telah berakhir, tetapi semoga acara bergengsi ini menjadi langkah awal
bagi kita semua ke segala hal terutama penulisan, bukan justru menjadi langkah
akhir. Ingat kata mas nunung “Tulis Saja, Kapan Lagi?”. Semoga kita masih
berjumpa tahun depan, terimakasih kepada semua pihak yang terlibat baik peserta
maupun panitia yang lain.
Salut buat panitia n juri ny, well done! Ditunggu thn dpn :D
ReplyDelete