Thursday 31 May 2012

Penulis Tamu Ke Enam Belas #31harimenulis


Menulis politik, mendengar kata itu saja pasti sudah membuat kita mengerutkan dahi. Bagi kita mungkin kajian ini tak seksi. Tak seseksi menulis soal budaya populer semisal musik atau terjun payung misalnya, oke lupakan yang kedua. Namun tak ada salahnya kita mencoba mempelajari bagaimana cara menulis politik yang asyik.
Sasa, alumnus HI UGM, berbagi pada kita bagaimana menulis politik yang asyik. Perempuan yang kini menjadi bagian dari LIPI ini memiliki banyak irisan dengan politik. Di kantornya doi melulu terkait dengan bahasan politik, saat kuliah doi juga senang mengorek-ngorek permasalahan politik. Jadi silakan membaca tulisannya yang ciamik ini.  (Ardi Wilda)

Menulis Tentang Politik Bukan Berpolitik
Oleh: Sasa (@KKrisman)

Saat diminta menjadi penulis tamu menulis tentang “menulis tentang politik” untuk #31harimenulis, saya bingung bukan kepalang. Saya pun melihat tema itu sangat kaku dan membatasi. Tulisan pertama saya pun akhirnya berkisar tentang pemilihan topik, penentuan sudut pandang, dan penggunaam teori. Lalu ketika saya baca kembali tulisan itu saya pun mengerenyit. “Whose gonna read this boring stuff?” pikir saya saat itu.

Kontemplasi dan konstipasi. Oke, bagian keduanya dibuat-buat. Namun saya benar-benar memikirkan ulang esensi dari “menulis tentang politik”. Mungkin saya harus kembali ke pertanyaan, “apa yang disebut politik?” untuk bisa menulis tentang hal tersebut.

“Politic is about who gets what, when, and how”,  Harold Laswell

Mengacu ke pengertian itu saat saya menulis tentang politik berarti saya harus bisa menjabarkan beberapa bagian: who, what, when, dan how. Mungkin ini terlihat sama seperti menjawab 5W+1H dalam membuat tulisan yang baik. Namun dalam interpretasi saya keempat bagian itu menjelaskan aktor, interest/kepentingan, latar belakang waktu dan strategi yang si aktor itu gunakan.

Menurut saya hal paling menarik dari “menulis tentang politik” adalah  pada saat memetakan kepentingan para aktor. Pemetaan ini merupakan hal dasar untuk mengerti siapa berhubungan dengan siapa dan apa hubungan mereka. Pemetaan tersebut pula analisis mengenai langkah dan strategi si aktor bisa mulai dijabarkan. Melalui pemetaan, maka menulis tentang politik dapat menjadi sebuah hal yang logis. Bahwa politik bukan sekedar kegiatan yang sulit dimengerti, namun memiliki pola-pola yang masuk akal dan dapat diperhitungkan.

Bagi sebagian besar orang menulis tentang politik mungkin tidak berbeda dengan menceritakan sebuah fenomena. Secara umum memang hal itu yang dilakukan. Akan tetapi, “menulis tentang politik” bukanlah sebuah mengarang bebas karena konsep pemetaan di atas bukan sebuah hal yang bisa dikarang. Berbeda dengan “menulis yang ditujukan untuk maksud politis”, dalam pemahaman saya “menulis tentang politik” merupakan sebuah bentuk kegiatan akademis yang seharusnya tidak disisipi bias pada aktor tertentu. Maka dalam menambahkan analisis saat menulis tentang politik, seperti juga bidang keilmuan lain, objektivitas merupakan sebuah hal yang pantang dinomorduakan.

Terlepas dari apa yang saya tulis, saya sendiri belum bisa “menulis tentang politik” secara baik. Pasti banyak dari tulisan ini yang kurang, namun saya harap beberapa baris kalimat ini bisa memberikan perspektif lain mengenai “menulis tentang politik”.


No comments:

Post a Comment