Menulis politik, mendengar kata itu saja pasti
sudah membuat kita mengerutkan dahi. Bagi kita mungkin kajian ini tak seksi.
Tak seseksi menulis soal budaya populer semisal musik atau terjun payung
misalnya, oke lupakan yang kedua. Namun tak ada salahnya kita mencoba
mempelajari bagaimana cara menulis politik yang asyik.
Sasa, alumnus HI UGM, berbagi pada kita bagaimana
menulis politik yang asyik. Perempuan yang kini menjadi bagian dari LIPI ini
memiliki banyak irisan dengan politik. Di kantornya doi melulu terkait dengan
bahasan politik, saat kuliah doi juga senang mengorek-ngorek permasalahan
politik. Jadi silakan membaca tulisannya yang ciamik ini. (Ardi Wilda)
Menulis Tentang Politik Bukan Berpolitik
Oleh: Sasa (@KKrisman)
Saat diminta menjadi penulis tamu menulis tentang
“menulis tentang politik” untuk #31harimenulis, saya bingung bukan kepalang.
Saya pun melihat tema itu sangat kaku dan membatasi. Tulisan pertama saya pun
akhirnya berkisar tentang pemilihan topik, penentuan sudut pandang, dan
penggunaam teori. Lalu ketika saya baca kembali tulisan itu saya pun
mengerenyit. “Whose gonna read this boring stuff?” pikir saya saat itu.
Kontemplasi dan konstipasi. Oke, bagian keduanya
dibuat-buat. Namun saya benar-benar memikirkan ulang esensi dari “menulis
tentang politik”. Mungkin saya harus kembali ke pertanyaan, “apa yang disebut
politik?” untuk bisa menulis tentang hal tersebut.
“Politic is about who gets what, when, and
how”, Harold Laswell
Mengacu ke pengertian itu saat saya menulis
tentang politik berarti saya harus bisa menjabarkan beberapa bagian: who, what, when, dan how. Mungkin ini terlihat sama seperti
menjawab 5W+1H dalam membuat tulisan yang baik. Namun dalam interpretasi saya
keempat bagian itu menjelaskan aktor, interest/kepentingan,
latar belakang waktu dan strategi yang si aktor itu gunakan.
Menurut saya hal paling menarik dari “menulis
tentang politik” adalah pada saat
memetakan kepentingan para aktor. Pemetaan ini merupakan hal dasar untuk
mengerti siapa berhubungan dengan siapa dan apa hubungan mereka. Pemetaan
tersebut pula analisis mengenai langkah dan strategi si aktor bisa mulai
dijabarkan. Melalui pemetaan, maka menulis tentang politik dapat menjadi sebuah
hal yang logis. Bahwa politik bukan sekedar kegiatan yang sulit dimengerti,
namun memiliki pola-pola yang masuk akal dan dapat diperhitungkan.
Bagi sebagian besar orang menulis tentang politik
mungkin tidak berbeda dengan menceritakan sebuah fenomena. Secara umum memang
hal itu yang dilakukan. Akan tetapi, “menulis tentang politik” bukanlah sebuah
mengarang bebas karena konsep pemetaan di atas bukan sebuah hal yang bisa
dikarang. Berbeda dengan “menulis yang ditujukan untuk maksud politis”, dalam
pemahaman saya “menulis tentang politik” merupakan sebuah bentuk kegiatan
akademis yang seharusnya tidak disisipi bias pada aktor tertentu. Maka dalam
menambahkan analisis saat menulis tentang politik, seperti juga bidang keilmuan
lain, objektivitas merupakan sebuah hal yang pantang dinomorduakan.
Terlepas dari apa yang saya tulis, saya sendiri
belum bisa “menulis tentang politik” secara baik. Pasti banyak dari tulisan ini
yang kurang, namun saya harap beberapa baris kalimat ini bisa memberikan
perspektif lain mengenai “menulis tentang politik”.
No comments:
Post a Comment