Wednesday, 16 May 2012

Penulis Tamu Kesembilan #31harimenulis

    Saya mengenal penulis tamu kita kali ini sudah cukup lama, sekitar 6 tahun yang lalu. Kami ditemukan oleh minat yang sama, dan mutual interest itulah yang kemudian membawa kami ke sebuah kondisi pertemanan yang dengan sedikit terpaksa (karena yang bersangkutan akan kesenangan bacanya) saya syukuri. Kebetulan sampai sekarang kami masih memiliki beberapa kesamaan, mulai dari identitas kami sebagai fangirl, traveler, mantan Advertising person, dan juga keanggotaan di klub #ForeverAloneLevel:Fangirl.


      Satu karakter utama dari Cita Arsita Farani, mahasiswa Komunikasi UI angkatan 2004, yang mau tidak mau akan langsung orang kenali adalah kemalasannya. Cita adalah (sekali lagi, dengan terpaksa saya akui) orang yang sangat multitalent dan punya banyak potensi. Dia bisa dan pernah melakukan segala macam profesi di dunia komunikasi, mulai dari PR, Iklan, editor majalah, desainer grafis, gamer (eh!)... Cuma dunia film yang belum dia ambah. Seandainya dia mau, dia bisa mendapatkan posisi nyaman di berbagai perusahaan. Atau, dia bisa saja sekolah lagi baik di dalam maupun di luar negeri. Tapi ini tidajk dilakukannya. Alasannya sederhana: malas!

      Tetapi, seberapa besarpun kemalasan itu, untuk hal yang dia sukai Cita akan berubah menjadi militan amazon yang mampu melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau. Mulai dari berdiri mengantre selama lebih dari 6 jam, menonton konser dalam keadaan demam (yang berujung kepada DBD), atau menghemat uang serta melakukan berbagai double job demi liburan. Jika ada satu hal yang bisa kita pelajari dari tulisan Cita untuk #31harimenulis kita ini, adalah bagaimana mimpi bisa memberinya energi.  (Kakak Pulung Uci )




Mimpi dan Inspirasi
Cita Arsita Farani, salah satu pendiri majalah travel, penulis, Art Director, dan fangirl yang tidak malu mengakui bahwa hobinya tidak straight.


Saya merupakan seorang pemimpi yang sederhana. Saya bisa menghabiskan waktu lama berkhayal mengenai banyak hal: dunia fantasi yang baru terbentuk dalam tidur, tempat liburan yang harus saya datangi selanjutnya, hingga ide untuk fanfic terbaru saya.

Percaya atau tidak, saya tidak pernah berpikir untuk bekerja sebagai seorang penulis saaat kuliah. Saya lulus dari sejumlah mata kuliah yang berhubungan dengan penulisan dengan nilai pas-pasan. Bagi saya, merangkai kata menjadi banyak paragraf yang terkait dulu sangat sulit… hingga saya menjadi seorang fangirl (silahkan dilihat definisinya di www.urbandictionary.com jika Anda sendiri bukan fangirl yang mudah tersinggung).

Saya mengenal fanfiction atau fanfic, karya fiksi yang menggunakan karakter yang sudah ada atau tokoh di kehidupan nyata, sekitar 7-8 tahun lalu. Satu hal yang membuat saya mulai menulis sederhana saja: inspirasi atau muse yang berasal dari karakter atau tokoh nyata tersebut. Saya hanya menulis fanfic tentang karakter atau tokoh nyata yang cukup menginspirasi saya, di luar itu saya tidak mau dan memang tidak bisa. Toh saya bermimpi dan menulis untuk kesenangan pribadi, bagus kalau orang lain membacanya dan suka, kalau tidak juga tidak masalah.

Apakah seorang penulis fanfic tidak bisa menghasilkan ide orisinil? Tidak juga. Saya kenal beberapa penulis fanfic yang juga sukses sebagai penulis novel, baik di dalam maupun di luar negeri. Saya tahu alasan mereka menulis fanfic sama dengan saya: istirahat sejenak dari kehidupan nyata dan bermain-main di dunia khayalan dengan karakter-karakter yang mereka kenal dan sukai.

Tidak, saya bukan penulis novel. Bukan masalah bisa atau tidak, saya belum mau. Saya memiliki fanfic yang panjangnya seperti novel, tapi buat saya, inspirasi saya bukan di situ. Saya bisa menulis sepanjang itu karena saya terinspirasi oleh karakter-karakternya, yang memang bukan milik saya. Bisa saja saya mengganti karakternya dengan karakter orisinil, karena toh tidak semua dunia di dalam fanfic saya merupakan dunia tempat tinggal asli karakter-karakter tersebut. Tapi itu berarti mengambil sebagian jiwa cerita tersebut dan menggantinya dengan karakter baru yang tidak tahu apa-apa, menjadikannya sebuah cerita yang bahkan saya sendiri tidak akan mau membaca ulang karena tidak ada karakter yang saya sukai di dalamnya. Setidaknya itu penilaian saya terhadap karya sendiri, karena saya menghargai mereka yang mau dan punya cukup niat untuk mengganti nama karakter mereka dengan nama karakter orisinil sebelum memasukkannya ke penerbit.

Kebiasaan bermimpi saya akhirnya tersalurkan dalam bentuk lain, tepatnya melalui inspirasi dari daerah asing. Saya cukup beruntung untuk memiliki kesempatan membantu mendirikan majalah travel. Saya memang sangat menyukai traveling— ada perasaan tersesat yang membuat berdebar, pemandangan yang tidak saya kenal di setiap sudut, dan suara orang-orang yang berbicara bahasa asing. Ini seperti berkhayal dengan wujud yang nyata, berada dalam kehidupan yang bukan milik sendiri. Inilah dunia mimpi yang yang non-fiksi.

Untuk mengasah kemampuan menulis dan mengedit tulisan, selain sering latihan, sudah menjadi rahasia umum bahwa Anda harus banyak membaca. Saya senang membaca fiksi, tapi sejujurnya saya bukan pembaca setia sembarang koran atau majalah. Untungnya, sebagai seorang traveler, saya menemukan kesenangan tersendiri saat membaca tulisan travel. Saya senang menemukan destinasi-destinasi baru sambil tenggelam dalam gaya bercerita penulis travel yang berbeda-beda. Tidak ada yang lebih menarik dibandingkan tulisan travel yang dialami sendiri, karena meskipun destinasinya berkali-kali diangkat, selalu ada sudut pandang baru yang segar dan pantas dibaca.

Inilah mengapa menurut saya sangat penting menjadi seorang penulis di bidang yang Anda suka. Selain menikmati pekerjaan itu sendiri, Anda juga akan menikmati proses belajar untuk menjadi penulis yang lebih baik di bidang Anda.

Anda suka fashion? Mulailah magang sebagai fashion assistant. Anda suka olahraga? Banyak media cetak maupun online yang bisa menampung Anda. Ataukah Anda cepat bosan? Mungkin pekerjaan sebagai copywriter di advertising agency cocok untuk Anda, dengan tantangan yang berganti-ganti setiap harinya. Ya, range pekerjaan untuk penulis itu sangat luas dan tersebar di berbagai industri!

Saya tidak bilang menjadi penulis itu tidak sulit, saya juga tidak menjanjikan hal-hal muluk. Seorang penulis itu sibuk, banyak perintilan yang harus ditangani sebelum maupun sesudah menulis, dari mencari bahan hingga melaporkan ke narasumber. Ada kalanya Anda tidak memiliki inspirasi, apalagi menulis pada dasarnya adalah membuat suatu karya seni. Beberapa tulisan memiliki deadline yang ketat, beberapa lebih longgar. Kejenuhan menjadi hal yang biasa, dan saat jenuh inilah saya kembali ke penyaluran hasrat penulis saya yang lebih ringan dan tanpa tekanan: fanfic.

Namun ingatlah di balik kesibukan semua penulis, ada kenikmatan-kenikmatan kecil yang bisa dipetik dalam pekerjaannya. Seorang penulis tidak melulu berada di balik komputer, di meja Anda di kantor. Bayangkan melaporkan langsung dari sebuah catwalk atau meliput sebuah resort sambil menginap dan menikmati semua fasilitasnya.

Kalau Anda tidak bisa menemukan kenikmatan-kenikmatan tersebut, mungkin waktunya Anda berpindah industri. Percayalah bahwa pekerjaan yang tepat bagi penulis di dalam diri Anda, di suatu tempat di luar sana. Coba saja semuanya hingga bosan, dan kembalilah ke satu pekerjaan yang membuat Anda rindu.



No comments:

Post a Comment