Saturday, 21 May 2011

Karena Mereview Itu Ngising Sekali

Pengantar Admin 2 (Ardi Wilda)
Kesalahan terbesar saya sebagai admin #31harimenulis adalah menyanggupi tantangan si jawara Citra Pariwara yakni Damar Wijayanti untuk menulis review blog 34 peserta. Dengan rasa sok jagoan saya menyanggupinya, alasannya konyol pula, gengsi kalau tidak saya terima. Karena merasa saya tak sanggup mereview 34 blog peserta saya membagi tugas dengan admin 1 si @muntahgorgom alias Ocha Mahar. Gorgom mereview 17 blog dan saya juga mereview 17 blog. Gorgom berhasil tepat waktu menyelesaikan tantangan Damar yang detlennya dua hari, sementara saya gagal. 

Mengapa saya dan Gorgom yang mereview? Bukan berarti kami pandai menulis. Alasannya hanya karena kami dua orang yang punya banyak waktu selo (waktu senggang). Admin 3 si Ijah yang lucu nan romantis sedang sibuk magang dan sibuk merekap denda per hari. Akhirnya jadilah saya dan Gorgom yang mereview. Sesederhana itu alasannya. Apa  yang kami ungkapkan disini hanya masukan bodoh dari  para admin. Tujuannya agar kita mendapat pandangan dari perspektif lain mengenai blog yang kita punya. Walaupun pandangan itu rada ngawur *jedotin gorgom ke tembok*. 

Saya dan Gorgom masing-masing menganugerahkan tiga penghargaan untuk blog yang kami review. Pertama adalah blog TerNgising untuk yang paling aneh dan wagu, kedua blog TerSyaiful Jamil kepada yang paling asoy, dan terakhir blog TerIjah buatmu yang paling romantis.

Berikut ini adalah blog yang admin 2 review.

Membaca blog Rifki Amelia seperti berjalan di jalan tol yang lurus. Selalu lurus, tanpa ada belokan yang cukup tajam. Struktur ceritanya lurus, konten tulisannya lurus, gaya mendongengnya lurus. Hal ini memang di satu sisi membuat kita ikut arus tulisannya, dan jadi orang beriman karena selalu lurus-lurus saja. Namun di sisi lain juga membuat sebuah blunder besar. Saat menyetir di jalan tol bapak saya sering mengeluh, “Bapak ngantuk nih, jalannya lurus doank, enggak ada tikungannya,” kata Bapak saya. Pun begitu dengan blog ini. Meski tulisannya selalu apik nan sederhana namun sekali lagi terlalu lurus.
Saran: buat tikungan dikit donk dek, biar yang baca enggak hanya nginjak gas tapi juga ngerem dan sesekali memiringkan stirnya.

Pada dasarnya Asep adalah seorang pencerita yang ulung. Ia selalu membuka tulisan dan menutup tulisan dengan sangat keren. Unsur spontanitas dalam tulisannya pun begitu liar dan (terkadang) nyinyir. Semua itu membuat tulisan Asep enak untuk dinikmati meski kadang kita akan tersentil sedikit. Sayang hal itu tak didukung oleh kontinuitas kualitas. Terkadang tulisan Asep tak terlalu kuat secara tema sehingga rasa nyinyirnya jadi hambar. Atau malah terlalu menghamburkan rasa nyinyir sehingga membuat ilnyil alias ilang nyinyir.  
Saran: nyinyirnya diniatin donk sep, selalu senang melihat saat kamu menulis nyinyir dengan sepenuh hati.

Sang pemimpin klasemen sementara di program #31harimenulis ini punya daya khayal tinggi. Ia membuat proyek menulis seri  tentang Milo dan Ploy yang merupakan dua tokoh fiksi  ciptaannya. Ibarat sebuah rumah tulisan Damar disusun dengan fondasi yang kuat, dengan dinding berwarna pastel yang membuat orang yang di dalamnya selalu ceria setiap hari. Sayangnya kadang kita butuh sebuah bangunan yang tak hanya cantik tapi juga unik. Cerita Damar terlalu cantik sehingga membuat pandangan pertama begitu menggoda, namun selanjutnya menjadi tak seistemewa pandangan pertama.
Saran: mungkin bisa pergi ke salon buat dandan lebih cantik (saran ngawur, ketularan Gorgom)

Di awal proyek ini Ojan bertanya pada saya apakah postingan semacam di blognya boleh diikutkan di #31harimenulis? Jawaban saya boleh. Sebab Ojan menulis dengan visualnya. Ia membuat desain pola-pola tertentu selama satu bulan dalam blognya. Sebuah hal yang sangat menarik. Namun pola-pola visual itu menjadi kurang lengkap tanpa membaca captionnya. Lihat caption di salah satu postingannya, “Manusia belajar untuk saling memahami, sebelum akhirnya mereka merasa saling memiliki”. Blog Ojan seperti kumpulan quote yang cantik disertai visual yang juga menarik. Saya tak bisa menemui celah dalam blog ini. Untuk itu saya menganugerahkan blog ini sebagai blog terIjah karena romantisme dalam tiap visual yang dihadirkannya.
Saran: boleh gak sih enggak ngasih saran? (admin bingung)

Pertama melihat blog Matahari yang saya ucapkan adalah, “BAJINGAN!”. Ya saya misuh (marah-marah) melihat blognya. Gaya bercerita Matahari masih sangat konyol, lucu dan menggelitik seeperti blognya terdahulu di fantasimatahari. Namun blog yang ia sertakan di #31harimenulis ini spesial karena *tarik nafas anda* ia kedap-kedip seperti lampu disko. Alih-alih membuat keren kedap-kedipnya blog ini membuat mata saya sakit dan malas membaca. Tapi entah kenapa justru karena blognya yang kedap-kedip saya memutuskan anugerah blog terNgising jatuh pada blog ini. Memang Matahari Bajingan sekali, seenaknya bikin mata orang sakit karena blog yang kedap kedip.
Saran: kalau ada FPI tolong lampu kedap-kedipnya dimatikan dulu biar tidak digerebek (semakin ra ceto usul e)

Hmmm...masa remaja anda terlewat begitu saja? Dulu mau langganan Majalah Gadis atau Aneka tapi tak punya uang? Tenang saja, silahkan kunjungi blog Diaz maka anda mendapat sari pati tulisan dari Gadis dan Aneka. Bahasanya remeh temeh dan membuat tersenyum kalau dibaca. Kerennya adalah tak semua orang bisa menulis seperti itu bukan? Tapi tak semua orang juga senang membaca yang seperti itu. Blog ini seperti quote paling populer tentang kegantengan, “Ganteng itu relatif” pun begitu dengan kegantengan blog ini yang sangat relatif tergantung dari apakah dunia anda sama dengan dunia si Diaz.
Saran: Bagi yang tak suka blog ini bisa dengerin album Lain Dunia-nya Padi (ngawur pol)

Rumput tetangga selalu lebih hijau. Dan blog binar terlalu hijau buat saya. Saya selalu iri dengan blog ini. Gaya menulisnya yang santai namun mengalir. Cuek tapi penuh perhatian. Asing tapi serasa dekat. Saya tertampol dengan blog ini. Ketika dia mengatakan akan membahas negara di proyek #31harimenulis yang terpikir adalah sifat meremehkan saya, “Mending gw beli Buku Pintar deh neng Binar”. Dan ya saya tertampol karena negara tak hanya soal geeografi. Lihat pembahasan Tuhan di postingan Israel. Atau begitu sederhana nan romantisnya ia di postingan Negaranya Son Go Ku yang berharap rambut pacarnya tak seperti Son Go Ku. Karena kesederhanaan dan gaya berceritanya yang unik rumput di blog Binar selalu saya anggap lebih hijau. Tanpa keraguan saya memutuskan blog ini sebagai penerima blog terSyaiful Jamil karena tingkat sangat asoy yang akut dan super duper enak untuk dibaca.  
Saran: setiap negara punya cerita kelam, dan yang kelam akan menghadirkan kebahagiaan. Ada baiknya mengungkap sesuatu yang kelam kawan.

Sebuah kutipan di postingan Mitha menggambarkan bagaimana blog ini, “Seperti anak kecil yang menghitung hari demi hari di bulan Ramadhan”. Blog ini seperti  deretan tanda tangan di kertas lembaran absen. Kadang penuh, kadang tak penuh, dan semuanya tipikal. “Tanda tangan” Mitha memang terasa di blog ini, namun kalau hanya diperuntukkan untuk jadi deretan di daftar absen sayang rasanya. Andai ada sebuah tambahan semangat boleh jadi blog ini tak sekedar mengisi daftar absen.
Saran: titip absen itu gampang, tapi yang dinilai pak dosen kan keaktifan di kelas dan inisiatif untuk  berperan aktif di kelas (macak asisten dosen)

Menulis hal keseharian itu memang mengasyikan. Menjadi sederhana itu memang terkadang luar biasa. Namun dalam sebuah tulisan, kesederhanaan pun memerlukan sebuah kejutan. Setiap tulisan butuh punchline ala cerita komedi atau tonjokan yang kuat yang dapat menghantam pembacanya. Nah untuk menciptakan punchline diperlukan sebuah susunan bercerita yang kuat, sayangnya susunan dan fondasi  Yogi sering tidak kuat. Lihat postingan tentang film The Other Guys, tak ada fondasi apa-apa tiba-tiba ia bilang, “This Movie is Freaking Awesome”. Seharusnya itu bisa jadi punchline yang kuat namun kalau tanpa fondasi yang kuat itu seperti suara tangisan bayi di tengah dentuman bom saat perang jalur Gaza.
Saran: mungkin bisa ke toko material buat beli bahan membangun fondasi (waton)

Soal cara bercerita Iim patut diacungi jempol. Caranya merangkai logika dari kalimat per kalimat membuat setiap postingan di blognya enak untuk dinikmati. Tapi entah kenapa saya merasa terlalu sempurna itu tak asyik. Setiap hari makan enak itu pasti seseorang bakal bosan makan enak. Tapi coba bayangkan ketika tiba-tiba ia dihidangkan makanan kampung, boleh jadi ia sadar kalau yang selama ini dihidangkan adalah makanan enak.
Saran: sekali-sekali jangan terlalu sempurna saat ngarang donk bro, manusia juga senang melihat yang keluar jalur kali, pis dulu ah coy.

Membaca banyak postingan Dwi hal pertama yang terlintas di kepala saya adalah, “Njuk Ngopo?”. Ya postingan Dwi membuat saya bingung relevansinya dimana. Kenapa itu penting untuk diceritakan. Sebuah tulisan memang tak selamanya harus  punya pesan moral. Ia juga bisa diperuntukkan sebagai ruang berbagi cerita. Sayangnya saat diperuntukkan menjadi ruang berbagi ceritapun saya merasa tak ingin mendengar cerita itu. Karena apa? Karena cerita itu dibangun dengan sesuatu yang biasa saja. Blog ini seperti detik.com di timeline twitter, cerewet dan selalu hadir tapi ya hadir aja, jarang sekali yang mengena.
Saran: di salah satu postingan tentang twitter situ menulis, “Tentunya 140 karakter itu membuat dimensi makna menjadi bias”. Masalahnya bukan di jumlah karakter tapi bagaimana merangkainya. Satu mawar bisa lebih berarti kalau personal, tapi satu buket bunga tak ada artinya kalau tak pake perasaan.

Satu-satunya kelemahan Kemas dalam menulis adalah soal waktu dan konsentrasi tampaknya. Terlihat dari postingannya yang naik turun, jika sedang bagus maka bagus sekali, jika biasa maka biasa saja. Nah yang sedang bagus ini biasanya dibuat memang karena sedang niat. Niat itu tentu timbul karena ada waktu dan konsentrasi. Sayangnya dua hal itu agaknya menjadi dua hal yang asing bagi Kemas. Maklum saja seperti Brama, ia tak lagi punya banyak waktu kosong layaknya anak kuliahan.
Saran: mungkin hal pentingnya bukan belajar cara menulis, tapi belajar manajemen waktu Kem. Salam super (macak Mario Teguh)

Blog ini adalah salah satu blog yang sering saya kunjungi. Seperti Binar saya selalu menganggap rumput di blog ini lebih hijau dari  blog saya. Saya suka gaya menulis Ocha yang santai. Ia bercerita layaknya Dina Camen. Dan saya merasa Ocha adalah versi ngisingnya Dina Camen. Bukan berarti Ocha KW2nya Camen. Topik Ocha lebih rock n roll dan lebih raw ketimbang Dina. Ocha pun lebih ketus dan spontan menurut saya. Lihat cuplikan kalimat ini, “Saya dan Blink 182 punya banyak kenangan. saya naksir Tom DeLonge yang katanya anggota Freemason. dan membuat saya menggemari balsem Remason.” Tipikal tulisan Ocha seperti itu, tak perlu deksriptif, dengan gaya ngisingnya orang sudah tau itu Ocha.
Saran: kalau ngising jangan sambil ngerokok, nanti jadinya terlalu raw dan rock and roll. Kata Nabi yang berlebihan itu tak baik Cha.

Pernah dengar logika tulisan piramida terbalik. Dimana sesuatu yang penting ditempatkan di awal dan yang tidak begitu penting ditempatkan kemudian. Nah blog Aghnia menganut betul paham itu. Setiap postingannya sangat tunduk  pada aturan tersebut, bahkan untuk postingan dengan tema yang tak serius sekalipun. Piramida terbalik memang cocok untuk beberapa  jenis tulisan, tapi tidak berarti semua tulisan harus menganut itu bukan?
Saran: sekali-sekali ajak jalan-jalan Bang Abrar ke Piramida Mesir mungkin membuatmu jera memakai pola piramida terbalik (waton tenan)

Sama seperti Yogi, Lulu mungkin perlu berlatih tinju agar punya punchline tulisan yang kuat. Bedanya Lulu sebenarnya sudah membuat sebuah alur yang apik dalam tulisannya. Ibarat orang yang naik tangga Lulu sudah berhasil naik tangga sampai anak tangga terakhir. Namun setelah itu tak ada kejutan apa-apa? Ayolah Lulu, sadarilah kita lebih senang melihat misalnya di anak tangga terakhir ada teroris masuk dan ngebom. Atau di anak tangga terakhir ternyata tersembunyi harta karun suku Maya. Kita perlu kejutan di tiap akhir.
Saran: besok-besok kalau naik tangga sambil merem aja siapa tahu bakal jatuh dan masuk rumah sakit, jadi bakal punya cerita (usul sesat).

Setiap penyiar selalu punya ciri khas dalam tiap tulisan, percayalah. Cara bercerita mereka biasanya berbeda, sebab mereka biasa bercerita secara oral. Nah sekarang mediumnya tak lagi oral. Maka dari itu komunikasi ala oralnya terbawa. Akhirnya apa? Kadang kala kita memang merasa seperti sedang didongengi, dekat dan nyaman. Saya sudah merasa dekat dan nyaman dengan blog ini, namun kalau urusan sudah merasa didongengi saya rasa belum. Tinggal poles sedikit tulisan-tulisan di blog ini akan lebih mendongeng. Poles bagian mananya? Hmmm...sepertinya dengan jam terbang lebih maka Mayda akan tahu harus memoles dimana (sok tahu tenan aku)
Saran: bisa hubungi ketok mejik terdekat kalau mau moles

Hmmm..Sama seperti pendapat si admin Gorgom mengenai blog Aldi. Menurut saya analogi Gorgom untuk blog Aldi bisa dipakai juga untuk blog ini. Seperti  tiap hari disuguhi makanan, tapi tak ada yang membuat kenyang. Mungkin perlu ada menu tambahan atau sesekali dibuat pedas sekali atau manis sekali bakal lebih membuat kenyang.
Saran: bisa ikut Master Chef di RCTI biar makanannya lebih mengenyangkan (usul wagu) 

***
Pengantar Admin 1 (Muntahgorgom alias Ocha Mahar)
Sejujurnya saya cukup shock dengan ajakan admin 2 yang ngising karena dia menyanggupi permintaan Damar Wijayanti untuk membuat review, ajakan tersebut yakni membuat review masing-masing 17 blog untuk tiap orangnya. Bagaimana bisa saya mereview 17 blog dalam dua hari sedangkan BAB 1 saya saja belum tuntas sejak empat bulan lalu? Namun PR ini tetap saya terima dan langsung saya kerjakan karena sore ini saya sangat selo sekali (4S).
Karena saya pernah membaca Al Quran dan membacanya itu dari halaman paling belakang, maka saya juga akan menerapkan hal yang sama. Mereview dari blog peserta nomor 17. (NB: eh tapi jangan bete trus nggak mau nulis lagi lho kalau nggak sukak baca review saya. :p)

Setelah menelisik lebih lanjut, blog milik Derry yang berisi sebelas postingan sampai hari ke limabelas, berarti bolong empat ini pantas masuk dalam kategori Blog Terngising. Bagaimana tidak, dia benar-benar menulis sesuka hatinya tanpa takut didenda dan dicemooh oleh orang lain. Dengan gaya bahasanya yang semau gue, bahkan memposting huruf-huruf absurd yang kalau saya terjemahkan berarti: ‘woi, gua lagi males posting, nih makan nih nihhhhhh! Enak kagak enak telen aja yak!’, juga menganalogikan gedung-gedung Jakarta dengan tidak senonoh (tapi saya sukak), dia memang pantas kalau dibilang ngising. Font dan header pada blog ini juga terlihat cukup mengganggu. Coba kalau background diganti polos saja, mungkin header karya Derry akan lebih ‘keluar’, begitupun dengan tipe font. 
Saran: teruslah posting, karena dengan posting pantang miskin.

Ketika membaca beberapa postingan, saya rasa ada sesuatu yang kurang. Ummm.. apa ya? *kemudian meneruskan membaca 15 postingan* Ah, Ibarat saat setiap hari memasak, oke, makanan yang dimasak itu cukup enak, namun tak jua membuat kenyang, dan diolah dengan bumbu yang sama terus menerus. Seperti yang kita ketahui, Rizky Aldian merupakan satu dari 34 peserta yang amat rajin posting, ketika kita baru mau tidur pukul dua atau tiga pagi setelah merekap, dia sudah posting untuk hari itu. Ibaratnya, dia tidak pernah terlambat menyajikan makanan untuk kita nikmati. Untuk tampilan blog Aldi ini, bisa dibilang cukup. Tidak berlebihan dan masih eye-catching.
Saran: jangan gunakan MSG bila memasak, nanti kalau kebanyakan nelen MSG bisa bikin bodo.

Lagi, kalau diibaratkan makanan, blog milik Arie ini adalah makanan ringan manis-manis yang ngepop, layaknya Choki-Choki, Beng-Beng, atau Astor. Baik untuk dikonsumsi dalam porsi cukup, karena bila kebanyakan gigi kita akan ngilu. Coklatnya terasa padat, cukup enak dan manis pastinya, sama seperti isi blognya, terasa padat, cukup enak dan manyis.. cobalah tengok posting untuk ibunya. Ringan dan manis sekali. Seperti tagline di blognya: why so serious? Oh, dan untuk tampilan blognya, it just too plain. Mengapa tidak mencoba sedikit bermain dengan warna?
Saran: jangan lupa sikat gigi sebelum tidur supaya sisa makanan tidak menjadi plak.

Mengamati isi blog dan gaya menulis dari Nisa ini mengingatkan saya pada adik perempuan saya yang sekarang kelas 2 SMA. Entah mungkin adik saya yang ke-nisa-nisa-an, atau nisa yang ke-adik-saya-an. Or they both in the middle, I don’t really know. Saya melihat ada satu hal yang sama diantara mereka, apa ya, mungkin cara mereka bercerita mengenai suatu hal, they could be so on fire, or they could be so down. Terlihat sekali mana yang benar-benar ada mood menulis dan tidak. Ah, ketika melihat tampilan blog Nisa dan belum membaca tulisannya, saya membayangkan bahwa Nisa adalah wanita sholeha yang cinta damai. Warna hijau dengan header bergambar seperti itu mengingatkan saya pada blog para ukhti.
Saran: kalau sering bingung, jangan lupa pegangan atau jongkok aja, biar nggak jatuh.

Merasa tulisan kak Willy yang sebenarnya bercita-cita menjadi arsitek ini, layaknya naik bajaj dengan jalan berlubang di tengah panasnya kota Jakarta bersama Nunung Cs. Entah apa maksudnya, saya juga tidak mengerti. Tapi jika dilihat kembali tulisan kak Willy ini, kamu akan sedikit merasakan kesal seperti kegerahan yang tak kunjung usai, sambil menanti-nanti kejutan dari cerita layaknya jalan yang berlubang, sekaligus terkekeh disaat yang sama bersama Nunung Cs. Menyenangkan. Kaya rasa. 
Saran: selalu sedia Antimo bila ingin melakukan perjalanan jauh menggunakan bajaj.

Duhai Memet, mengapa kau hanya menyediakan semangkuk indomi rebus tanpa telur, ketika saya cukup lapar dan butuh sesuatu yang lebih? Inilah yang ada didalam pikiran saya ketika saya selesai membaca sembilan posting miliknya. Tulisan Memet hanya terasa sampai tenggorokan. Kecuali bagian tulisan sepak bola, dia begitu menjiwai perannya sebagai pelatih. Mungkin Memet cocok menjadi wartawan olahraga. Atau komentator sepak bola. Ah, it just another Arie’s blog. Too simple and plain. Apalagi untuk yang jarang posting macam kamu.
Saran: jangan belajar dari Mario Teguh, sebab dia bukan komentator bola.

Blog milik Dina adalah salah satu blog dari 34 peserta #31HariMenulis yang rajin posting dan rajin saya kunjungi. Entah mengapa, bagai candu, saya selalu merasa tertarik untuk tahu apa yang dia tulis hari ini. Mengutip perkataan seseorang pada saya, ‘Hai, kamu menarik deh..’, mungkin ini pula yang tepat ketika posisi saya adalah sebagai orang lain yang baru melihat blog milik Dina. Lalu selanjutnya, mungkin saya akan minta kenalan. Coba lihat salah satu tulisannya mengenai Utik. Diam-diam Dina menyimpan banyak ‘keromantisan’ dalam dirinya. Untuk itu, saya rasa blog Dina pantas masuk dalam salah satu Blog Terijah. Dalam tampilan, blog Dina ini masih mengusung gaya plain and simple, tapi cocok dengan tema Scrutinizer yang dia garap.  
Saran: kalau minta kenalan, jangan sambil mabuk.

Bagai lagu-lagu Chikita Meidy, tulisan-tulisan Dildol yang disajikan didalam blognya ini memberikan keriangan tertentu. Walau terlihat sedang galau, tetap terasa riang dan menyenangkan. Walau Dildol merasa sebal, namun melalui tulisannya kita bisa melihat selalu adanya harapan. Coba lihat bagaimana dia mendeskripsikan penatnya hidup di ibukota melalui jalan layang, ada banyak jalan layang, dan mungkinkah suatu hari jalan layang akan sampai ke atas langit? Semoga jangan, semoga Foke cukup tahu diri untuk tidak menumpuk jalan layang. Secara visual, maksud dari blog Dila untuk memperlihatkan menulislah dengan santai itu sampai, dengan background meja kayu dan notes diatasnya sebagai tempat menulis. Tapi mengapa notes itu harus berwarna biru muda? Coba pilih warna pastel, mungkin akan terlihat lebih baik.
Saran: sedia cukup receh ketika naik bis kota dan turunlah dengan kaki kiri dulu.

Saya melihat sesuatu yang salah pada blog ini. Mungkin perpaduan background graffiti dengan header foto hasil digital imaging bukanlah sesuatu yang pas. Saya akan lupakan itu dan mulai membaca. Peribahasa, tak ada gading yang tak retak mungkin cukup dapat mewakili blog milik Dhirga ini. Banyak kesalahan ketik di tiap postingnya, mungkin Dhirga terburu-buru dalam menulisnya. Dan.. Ah, blog ini terlalu romantis bagi saya, lihatlah tiap kalimat yang disusun oleh Dhirga, terkesan manis namun hanya manis. Bukan manis yang merasuk dan bisa membuat tenggelam.
Saran: kalau suka yang manis-manis jangan lupa kontrol gula darah lho.   

Ijah oh Ijah. Tak kuasa aku membaca lanjut posting blogmu sampai habis. Saya yang sedang salah playlist, memutar sealbum Damien Rice dan membaca tulisan Ijah. Kombinasi yang salah kalau kamu tidak ingin kacamatamu tiba-tiba berembun. Bukan berlebihan, tidak heran sampai ada kategori blog Terijah, itu memang karena kamu. Kamu manyiss cekaliiii.. sayangnya kamu hanya menulis terlalu singkat dan jadi monoton. Mengapa kamu tega cepat sekali mencabut kemanisan yang baru saja dikecap? *mendadak ikutan mellow*. Tampilan Tumblr-mu itu juga, kamu seperti ingin mengirimi surat cinta setiap hari bagi orang yang kau sayangi.  
Saran: pakailah perangko yang cukup supaya surat tidak terlambat datang.

Rasanya, nama blog ini sudah cukup menggambarkan apa yang ada didalamnya. Oh Saila, dia seperti membuat kotak Pandora bagi dirinya sendiri. Sesuatu yang sepertinya menyenangkan, namun mung dadi marai nggerus. Blog Saila merupakan sebuah catatan proses bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Menyenangkan, syahdu nan sendu. Ibarat Firasat-nya Marcell yang sedang saya dengar berulang-ulang ketika membaca tulisannya. Secara tampilan, entah mengapa Saila harus membuat header blog ini dengan foto toko lingerie di prapatan MM UGM, saya tidak paham, tapi mungkin inilah yang dimaksud Saila. Dia ingin kita mengetahui apa yang ada dalam pikirannya, memahaminya lebih dalam. 
Saran: jangan cuci pakaian dalam dengan mesin cuci.

Entah mengapa, tiba-tiba saya mengganti playlist saya dengan Vina Panduwinata ketika ingin membaca blog milik Cucum ini (tinggi 149cm). Cucum pun sepertinya telah mengganti tampilan blognya yang dulu itu kalau nggak salah Doraemon kan ya? Gapapa, yang ini tetep enak diliat kok. Adem. Membaca tulisan Cucum ini tidak bedanya ketika dia sedang bercerita langsung. Sumringah. Lompat-lompat. Lalu datar. Lalu sumringah lagi. Trus datar lagi. Saya jadi ikutan berekspresi demikian. Nyengir nyengir. Diem. Ngakak. Diem lagi. Nyengir lagi. Ngakak lagi. Duh Kak Maya, saya mengaku kalah banyak dunia denganmu. Milologi (sembarangan ngasih nama Ilmu MILO), mbimlogi (sebutan untuk ilmu kemobilan), Doramalogi (ngasal lagi), dan logi logi yang lain yang saya tidak pernah tahu.
Saran: tak perlu tinggi badan ditambah bila hanya membuat tinggi hati. #peribahasasangattidakpopuler

Membaca seluruh post bulan Mei milik Starin ini tidak butuh waktu yang lama. Semuanya mudah dimengerti dan mengasyikkan. Sama mengasyikkan ketika membaca artikel-artikel majalah remaja. Tapi saya kurang mendapat greget diantara keasyikkan itu. Tidak seperti tampilan blognya yang mengusung tema musik, namun kak Starin ini justru sangat jarang posting tentang musik. Tapi sudahlah, mungkin musik adalah trigger untuknya kala ingin menulis. Btw, cara bikin background ketip-ketip macam TV rusak gitu gimana ya? *gaptek*
Saran: jangan berurusan dengan listrik bila tangan Anda basah.     

Yes, she is cheesy. :p dan betapapun saya sebal ketika harus membaca tulisan kakak angkatan yang sudah lulus dan harus berjibaku dengan kerasnya Ibukota. Bagian terberatnya adalah ketika mereka menuliskan tentang Yogyakarta. Seringkali saya membayangkan perasaan seperti apa yang akan saya dapatkan bila suatu hari saya harus pergi dari sini. Perasaan itu terwakili oleh tulisan Nadia. Jogja sebagai tempat berpulang, dan saya pun akan terus cari-cari alasan untuk selalu pulang. Secara visual, blog ini juga masuk pada gaya simple and plain. Beruntungnya gambar pada header cukup lucu.
Saran: APAKAHKAMUTAHU, selain keju, tikus juga suka makan sabun loh. Ada lagunya: ‘tikus makan sabuun, tikus makaan sabun..’

Saya mau memberikan kategori blog terSyaiful Jamil pada kak Jaki nan budiman. Jek, tulisanmu asoy geboy jek, seasoy kopi Lampung yang mampu membuat saya ngopi walau sudah bertahun-tahun tidak ngopi *lebay*. Walaupun Jaki ini juga penganut paham blog simple and plain, dia mampu membuatnya berwarna dan bermacam rasa. Layaknya sub judul blognya: warung kecil, buka 24 jam kecuali pas tutup. Warung kecil Jaki ini menyediakan makanan ringan (ah perumpamaannya makanan mulu, tapi yaudahlahya) tapi nggak bikin bego, batuk atau sakit gigi. Dan warungnya belum pernah tutup, karena Jaki tidak pernah lewat posting.
Saran: Jaki, lu poto a la Syaiful Jamil ya? Please..   

Sebagai storyteller, Awe berhasil menjadi seorang pencerita yang baik walau tidak harus tergila-gila dengan pelantun lagu Mati Muda. Melalui tulisannya, Awe mampu menyajikan apa yang seharusnya heavy menjadi light, atau yang light menjadi enough (uopoh iki?). Tidak seperti restoran cepat saji yang berinisial seperti namanya yang hanya memberikan kenyang dan bikin ngantuk, Awe memberikan kenyang dan energi. Tampilan blog ini masih sama dengan beberapa yang lain, si penganut blog simple and plain. Tak apa, justru bila tampil sedikit ‘aneh’ dapat mengurangi rasa ketika membacanya.
Saran: halo, mas, kalau delivery ada minimal pembelian nggak? (sarannya makin ngaco, makasih.)

Uhuk! Ini adalah blog terakhir peserta #31HariMenulis yang harus saya review. Kala mata masih 10 watt dan lambung mendambakan dada olahan Kolonel Sanders, saya masih bisa bertahan. Membaca isi blog Brama membuat saya deg-degan. Deg-degan terlebih karena Brama banyak sekali menggambarkan seperti apa sih dunia setelah kalian ini mendapat gelar sarjana, seperti apa sih rasanya menjadi ‘dewasa’, seperti apa sih ketika (lagi-lagi) penat dengan ibukota. Tulisan Brama bagai pemantik mimpi buruk saya malam ini. Tapi saya berterimakasih, saya jadi mendapat gambaran seutuhnya kehidupan menjadi ‘dewasa’ itu. Visual blog Brama mengingatkan saya pada blog Dildol, dengan buku catatannya, namun Brama memilih organizer, yang kembali membuatnya lebih ‘dewasa’.
Saran: nikmatilah benar kopimu, jangan lewatkan sedikitpun, meski baunya akan direbut udara. *macak puitis*


Dan ini adalah review dari admin untuk blog juri  Kakak Pulung Uci
Dari admin 2 si ganteng Ardi Wilda:
Haduhhhh ono-ono wae Mbak, ya itu komentar pertaama saya tentang blog ini. Singkat, simpel dan tak terarah. Tapi tak terarahnya itu yang membuat seru. Tapi eh tapi sesekali dibuat terarah tidak jadi masalah lho Mbak (macak pak Ustad).
Saran: pisan pisan menulis lima pria terganteng di Komunikasi disarankan lho mbak :P

Dari admin 1 si gagah Muntah Gorgom
Apa yang bisa saya katakan tentang blog ini? Kalau kamu ingin lebih mengerti bagaimana sosok wanita fabulous ini sebenarnya, just go check her blog. Sepertinya Mbak Pulung mencoba ‘menguliti’ dirinya sendiri pelan-pelan. Terlihat dengan jelas, apa saja yang menjadi gairah, harapan, ketakutan dan kerisauan, juga obsesinya. Mungkin betul dia salah memberi blog ini untuk dikonsumsi bersama-sama. *eh*:p secara visual blog ini tidak ada yang berlebihan, semua terlihat normal. Pengusung gaya simple and minimalis. 
Saran: mengutip pernyataan teman saya: ‘cuma ada dua pilihan dalam cinta menjadi melankolis atau masokis.’   
        
Oke sekian review dari admin untuk 34 peserta #31harimenulis. Ingat seperti kata kakak Muntahgorgom, jangan jadi tidak semangat kalau blognya dikritik. Dan jangan jumawa juga kalau blognya dipuji. Selamat menulis lagi, masih ada sepuluh hari terakhir yang pastinya bakal lebih Ngising, Asoy Geboy dan semakin Ijah.
   
      

No comments:

Post a Comment