Sunday, 7 May 2017

PENULIS TAMU KELIMA #31HARIMENULIS 2017

Beberapa hari yang lalu, selir Bang Wiro berhasil mengajak seorang blogger untuk mengisi sesi penulis tamu #31HariMenulis 2017. Dan tanpa ragu, selir abang ini, langsung rikues tema tulisan. Sebenarnya, tema tulisan kali ini spesial untuk para penulis kesayangan abang yang seringkali curhat kalau masih sering nggak percaya diri sama tulisannya. Wah apalagi untuk menulis selama 31 hari, tentu menjadi tantangan tersendiri, ya kan? Nah, maka dari itu, mbak-mbak blogger ini dengan senang hati ingin sharing tentang percaya diri dan konsistensi menulis. Harapannya, sesuai dengan tujuan terselenggarakannya #31HariMenulis ini, teman-teman bisa terus konsisten menulis :)

Selamat membaca!

*** 

Seminggu yang lalu, saya iseng-iseng membalas cuitan adik tingkat saya di kampus -yang juga rekan kerja di kantor lama– kalau saya pengen menjadi penulis tamu untuk proyek menulisnya bersama 31 hari menulis. Eh ternyata, salah satu selir Bang Wiro dengan gesitnya malah mengirim pesan ke saya yang isinya tawaran untuk jadi penulis tamu di blog Bang Wiro. Wah, kalau ini sih suatu kehormatan yang tentunya nggak boleh saya lewatkan. Tanpa pikir panjang, tawaran tersebut saya terima. Selanjutnya kami berdiskusi tentang tema apa yang enaknya saya tulis. Sang selir pun ngasih saya beberapa ide yaitu, gimana caranya biar PD dengan tulisan sendiri dan konsisten untuk menulis. Saya sempat mengerutkan kening karena merasa topik itu berat. Tapi, bukan saya donk kalau takut sama tantangan selir Bang Wiro. Jadi, melalui tulisan ini saya mau membahas soal gimana caranya PD dengan tulisan sendiri dan bisa menulis dengan konsisten. Here we go!



Tentang Percaya Diri dan Konsisten dalam Menulis
Oleh: Erny Kurnia 

Saya nggak bisa disebut penulis. Namun, nggak bisa dipungkiri tulis menulis itu hidup saya. Bahkan karena menulislah saya bisa bayar kost, makan, sampai hedon. Ya, menulis memang bisa bikin kaya (kalau ini meminjam kalimat di bio twitter Bang Wiro). Walau terlihat sepele, tapi saya setuju dengan pendapat orang kalau menulis itu nggak mudah. Ada proses panjang di balik setiap tulisan. Apalagi kalau tulisan tersebut sampai diunggah dan bisa dibaca banyak orang. Prosesnya bisa semakin panjang karena penulis tentu nggak mau asal-asalan dan ingin tulisannya dapat apresiasi positif dari pembaca. Namun, tidak jarang perasaan nggak PD datang setelah tulisan selesai digarap. Terus gimana ngakalinnya?

Sebelum saya sharing beberapa tips agar PD terhadap tulisan yang tentu saja ala saya, terlebih dulu saya mau membahas soal percaya diri. Menurut James Neill, kepercayaan diri atau self confidence itu merupakan kombinasi dari self esteem dan self-efficacy. Self esteem bisa diartikan sebagai perasaan positif yang berhubungan dengan sejauh mana kita punya sesuatu yang dirasakan bernilai atau berharga, sejauh mana kita meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat, atau berharga di dalam diri.

Sedangkan self-efficacy adalah sejauh mana keyakinan kita terhadap kapasitas yang kita miliki untuk menangani persoalan atau menghasilkan sesuatu yang bagus. Self-efficacy juga bisa diartikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan kita untuk menangani bidang tertentu. Itu artinya, PD itu dibentuk dari positive thinking pada kemampuan kita dan meyakini kalau kita memang mampu melakukan sesuatu dengan baik (inget ya, dengan baik bukan dengan sempurna!). Jadi, udah clear ya soal konsep percaya diri ini?



Kembali lagi ke persoalan ketidak percayaan diri dalam menulis. Ada banyak sekali hal yang memengaruhi kepercayaan diri kita, mulai dari nggak PD karena merasa nggak berbakat sampai takut dikomentarin negatif oleh pembaca. Tidak berniat sok tahu, apalagi sok pinter. Kalau berdasarkan pengalaman saya sih ada beberapa tips untuk menghalau rasa kurang PD itu. Beberapa di antaranya saya rangkum pada poin-poin di bawah ini: 

1. Kalau Nggak PD, Terus Kapan Mulainya? 

Suatu hari salah satu rekan kerja saya di kantor lama cerita kalau dia habis membaca tulisan-tulisan saya di blog. Dia bertanya bagaimana perjalanan saya membangun blog dari dulu hingga dimonetize seperti sekarang. Dia pun menutup ceritanya dengan bilang punya keinginan ngeblog dari lama, tapi belum terwujud karena merasa tulisannya jelek. Jujur saya kaget dengan pengakuannya tersebut karena dia pernah bilang hal serupa pada akhir 2015 lalu. Itu artinya langkahnya terhenti karena rasa PD-nya.

Jawaban saya kala itu pun simple dan berisi pertanyaan balik yang retoris, “lha, kalau kamu malu terus, kapan mulainya donk itu blog?”

Mendengar cerita teman yang suka nulis dan pengen ngeblog, tapi nggak PD dengan tulisannya tuh bikin saya gemes. Saya selalu menekankan kepada siapapun -yang cerita kalau mereka tidak PD dengan tulisannya- bahwa untuk mengunggah tulisan kita hanya perlu klik publish. Bukan memikirkan bagaimana reaksi orang terhadap tulisan kita. Selama tulisan digarap dengan data dan fakta yang lengkap maka nggak perlu takut dengan tanggapan pembaca nantinya. Berpikir terlalu lama justru membuat kita nggak melangkah ke step selanjutnya. So, kalau nggak PD terus dengan tulisanmu, ya kubur harapanmu untuk menulis lalu diapresiasi orang lain! Hehe.

2. Publish Saja Dulu, Sempurna Itu Nanti

Percaya nggak sih kalau dengan berani klik publish, tulisan kita akan semakin lebih baik dari waktu ke waktu? Saya orang yang percaya dengan hal itu. Flashback ke tulisan saya pada awal kenal blog dulu, rasanya taste dan logika tulisannya jauh di bawah tulisan sekarang (ya walaupun sekarang belum bagus-bagus amat sih). Namun, keberanian mengunggah tulisan tersebut membuat saya terpacu untuk belajar terus menerus sehingga kualitas tulisan pun meningkat. Jadi intinya, kita nggak perlu menunggu sampai sempurna untuk menyajikan tulisan kepada pembaca. Tulis dan unggah saja.  Apapun reaksi yang pembaca tunjukkan pada kita, anggap saja sebagai motivasi untuk menulis lebih baik lagi.

3. Banyak Baca dan Jangan Malas Riset

 
Kalau temen-temen mau nulis curhat, mungkin riset nggak begitu diperlukan ya? Tapi, membaca tulisan orang lain baik dalam bentuk buku atau artikel tetep perlu. Membaca membantu kita untuk berpikir kreatif dan mengajari kita berpikir dari banyak sudut pandang. Udah gitu, membaca juga membantu kita memperkaya kosakata sehingga tulisan jadi nggak boring dan kebanyakan redundant kata (pengulangan kata yang sama dalam satu kalimat). Selain itu, terbiasa membaca bakal memudahkan kita untuk membuat rangkaian kata yang enak dibaca. Kalau sudah begitu nggak ada alasan untuk nggak PD kan? 
 
4. Buat Kerangkanya Dulu!
 
Kemarin malam saya iseng-iseng bikin polling di twitter yang berisi pertanyaan apa yang membuat temen-temen nggak PD dengan tulisannya. Peserta pollingnya Cuma 14 orang sih, tapi 50% lebih menjawab topik ngalor-ngidul adalah alasan yang membuat mereka nggak PD dengan tulisannya. Hmm... kalau sudah begini, jawabannya simple, “ya bikin kerangka dulu sebelum nulis!” 
 
Saya memang nggak selalu menuliskan kerangka paragraf satu hingga sekian itu membahas apa, tapi saya selalu memulainya dengan judul. Bagi saya, judul adalah kerangka yang membantu saya mencegah tulisan kesana kemari. Nah, kalau kamu tim bikin judul dulu baru nulis atau nulis dulu baru bikin judul
 
5. Stop Bilang “Maaf Tulisanku Random” dalam Tulisan!

Setiap kali blogwalking, saya paling males saat menemukan blogger yang menulis, “maaf tulisanku random” pada tulisannya sendiri. Itu semacam mengakui kekurangan yang nggak perlu semua orang tahu. Merasa kurang boleh dan justru bagus, tapi selama perasaan kurang itu membimbingmu menjadi lebih giat menulis serta memperbaiki kualitas tulisanmu. Akan tetapi, menyatakan diri soal kekurangan dalam tulisan justru membuat pembaca nggak yakin dengan gagasan yang disampaikan. So, stop menyampaikan kalimat yang menyatakan ketidakpercayaan diri pada tulisanmu di postingan blog!


Dari sekian banyak cara agar PD dengan tulisan sendiri, lima poin di atas menurut saya yang paling utama (lagi-lagi ini versi saya sendiri lho ya!). Teman-teman boleh mempertimbangkan cara saya tersebut. Namun, nggak menutup kemungkinan kalau setiap orang punya triknya sendiri agar bisa PD dengan tulisannya.

Selain gimana mengatasi rasa nggak PD dengan tulisan sendiri, selir Bang Wiro juga meminta saya sharing soal gimana caranya menulis dengan konsisten. Jawaban sebenarnya hanya, “menulislah terus!” Tapi kan itu nggak solutif. Jadi, seperti jawaban pertanyaan sebelumnya, saya jawab pertanyaan kedua ini dalam beberapa poin di bawah ini, mari kita renungkan bersama!

1.         Jadikan Menulis Sebagai Kebutuhan

Sandang, pakan, dan papan memang kebutuhan primer saya, tapi masih ada satu lagi yang tak kalah pentingnya yaitu, menulis. Orang-orang terdekat saya paham bagaimana saya sangat butuh menulis. Menulis itu terapi pada saat saya mengalami stres dan punya masalah. Apalagi sejak beberapa tahun terakhir saya menyadari bahwa menulis bisa meredam energi negatif (marah). Oleh karena itu, saya selalu butuh menulis untuk menjaga kewarasan diri. Baik tulisan itu saya simpan sendiri maupun saya unggah di blog.

Bukan hanya saya yang menjadikan menulis sebagai sarana untuk melampiaskan energi negatif (dari marah hingga trauma), karena hal yang sama juga diamini oleh penulis buku, Salsabeela “Ollie” Halimatussadiah.



Pada suatu kesempatan saat berbincang dengannya, Mbak Ollie bilang bahwa dirinya rutin menulis jurnal setiap hari (tentunya di samping nulis blog atau buku). Bukan dia saja, selebgram kondang Alodita pun melakukan hal yang sama. Mereka berdua adalah orang-orang besar yang menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Mereka merekam hal-hal yang perlu disyukuri melalui tulisan dan mereka juga menyalurkan kekecewaan melalui tulisan. Tidak jarang tulisan berisi rekaman itu justru bermanfaat untuk orang lain saat diunggah di blog maupun website khusus. Lebih penting dari itu, tulisan tersebut akhirnya membantu mereka untuk bisa berpikir waras terus.

2.         Buat Timeline Menulis


Saat menulis sudah jadi kebutuhan, sebenarnya nggak terlalu sulit untuk konsisten. Namun, selama ini saya tetap membuat timeline. Saya mewajibkan diri menulis untuk blog satu hingga tiga tulisan setiap minggunya. Wajibnya sih sebenarnya tiga tulisan, tapi kadang ada pekerjaan lain yang lebih penting jadi ya saya hanya nulis satu. Kebiasaan menulis dengan jumlah tersebut sudah saya jalani sekitar setahun lebih. Awalnya berat, tapi lama-lama sudah berjalan dengan sendirinya. Kalau temen-temen sudah konsisten menulis, kamu nggak akan kehabisan ide dan justru semakin jeli melihat topik yang layak untuk ditulis!

3.         Menulislah untuk Diri Sendiri

Bercita-cita menyajikan tulisan yang menginspirasi orang lain memang baik, tapi untuk mengawalinya, menulislah untuk diri sendiri terlebih dulu. Dengan menulis untuk diri sendiri, kita nggak akan terbebani dan merasa jauh lebih enjoy. Senangkan diri kita dengan cara menulis, maka kita akan terus menulis karena merasa senang melakukannya. Urusan dibaca orang lain dan bagaimana reaksinya itu jangan dipikirkan terlalu dalam. Soalnya, “wong urip kuwi nek orang nyinyir ya dinyinyirin!” Jadi, santai saja!

4.         Sekali Lagi, Jangan Malas Membaca, Melihat, dan Mendengar!

Kalau dianalogikan dengan proses pencernaan, menulis itu ibarat pup. Orang bisa pup kalau dia makan, begitu pun dengan menulis. Orang bisa menulis kalau banyak membaca, melihat, dan mendengar. Intinya semua hal bisa kita jadikan tulisan selama kita peka. Membaca, melihat, dan mendengar, selalu membantu kita menambah wawasan dan meningkatkan kepekaan. Tiga hal itu pula yang jadi bahan bakar dalam tulisan. Semakin peka, semakin banyak topik tulisanmu, maka semakin konsisten pula untuk menulis!


Empat poin tersebut menurutku cukup untuk membantu kita konsisten dalam menulis. Sebenarnya dengan konsisten menulis, kepercayaan diri terhadap tulisan kita juga bakalan tumbuh semakin baik. Satu hal yang tak kalah penting, kita bakal tambah peka dalam melihat suatu kejadian dalam hidup dengan berbagai sudut pandang. Orang-orang yang mampu menyajikan tulisan inspiratif itu pasti sudah terbiasa menulis sebelumnya. So, jangan ragu untuk menuliskan gagasanmu dan menyajikannya di blog.
Apalagi setelah temen-temen jadi pendekar dalam 31 hari menulis, harusnya kamu semakin PD dengan tulisan sendiri dan semakin terbiasa menulis setiap hari. Jangan biarkan blogmu mati suri setelah 31 hari menulis tahun ini berakhir! Nggak perlu menunggu sampai 31 hari menulis tahun berikutnya untuk mencurahkan gagasan dari sudut pandangmu. Menulislah terus, barangkali dengan tulisan kamu bisa bayar kost sendiri, bayar makan sendiri, dan hedon dengan uang sendiri. Sekali lagi, karena menulis itu membuat kaya (meminjam kalimat di bio twitter Bang Wiro) dan membuat pikiranmu lebih terbuka! Salam menulis.

Dari Erny Kurniawati
Seorang mahasiswi pejuang skripsi dan blogger di balik www.ernykurnia.com

No comments:

Post a Comment