Beberapa hari yang lalu, selir Bang Wiro berhasil mengajak seorang blogger untuk mengisi sesi penulis tamu #31HariMenulis 2017. Dan tanpa ragu, selir abang ini, langsung rikues tema tulisan. Sebenarnya, tema tulisan kali ini spesial untuk para penulis kesayangan abang yang seringkali curhat kalau masih sering nggak percaya diri sama tulisannya. Wah apalagi untuk menulis selama 31 hari, tentu menjadi tantangan tersendiri, ya kan? Nah, maka dari itu, mbak-mbak blogger ini dengan senang hati ingin sharing tentang percaya diri dan konsistensi menulis. Harapannya, sesuai dengan tujuan terselenggarakannya #31HariMenulis ini, teman-teman bisa terus konsisten menulis :)
Selamat membaca!
***
Seminggu yang lalu, saya iseng-iseng
membalas cuitan adik tingkat saya di kampus -yang
juga rekan kerja di kantor lama– kalau saya pengen menjadi penulis tamu
untuk proyek menulisnya bersama 31 hari menulis. Eh ternyata, salah satu selir
Bang Wiro dengan gesitnya malah mengirim pesan ke saya yang isinya tawaran
untuk jadi penulis tamu di blog Bang Wiro. Wah, kalau ini sih suatu kehormatan
yang tentunya nggak boleh saya lewatkan. Tanpa pikir panjang, tawaran tersebut
saya terima. Selanjutnya kami berdiskusi tentang tema apa yang enaknya saya
tulis. Sang selir pun ngasih saya beberapa ide yaitu, gimana caranya biar PD
dengan tulisan sendiri dan konsisten untuk menulis. Saya sempat mengerutkan
kening karena merasa topik itu berat. Tapi, bukan saya donk kalau takut sama
tantangan selir Bang Wiro. Jadi, melalui tulisan ini saya mau membahas soal
gimana caranya PD dengan tulisan sendiri dan bisa menulis dengan konsisten. Here we go!
Tentang
Percaya Diri dan Konsisten dalam Menulis
Oleh: Erny Kurnia
Saya nggak bisa disebut penulis.
Namun, nggak bisa dipungkiri tulis menulis itu hidup saya. Bahkan karena
menulislah saya bisa bayar kost, makan, sampai hedon. Ya, menulis memang bisa
bikin kaya (kalau ini meminjam kalimat di
bio twitter Bang Wiro). Walau terlihat sepele, tapi saya setuju dengan
pendapat orang kalau menulis itu nggak mudah. Ada proses panjang di balik
setiap tulisan. Apalagi kalau tulisan tersebut sampai diunggah dan bisa dibaca
banyak orang. Prosesnya bisa semakin panjang karena penulis tentu nggak mau
asal-asalan dan ingin tulisannya dapat apresiasi positif dari pembaca. Namun,
tidak jarang perasaan nggak PD datang setelah tulisan selesai digarap. Terus
gimana ngakalinnya?
Sebelum saya sharing
beberapa tips agar PD terhadap tulisan yang tentu saja ala saya, terlebih dulu
saya mau membahas soal percaya diri. Menurut James Neill, kepercayaan diri atau
self
confidence itu merupakan kombinasi dari self
esteem dan self-efficacy. Self esteem bisa diartikan sebagai
perasaan positif yang berhubungan dengan sejauh mana kita punya sesuatu yang
dirasakan bernilai atau berharga, sejauh mana kita meyakini adanya sesuatu yang
bernilai, bermartabat, atau berharga di dalam diri.
Sedangkan self-efficacy
adalah sejauh mana keyakinan kita terhadap kapasitas yang kita miliki untuk
menangani persoalan atau menghasilkan sesuatu yang bagus. Self-efficacy juga bisa diartikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan
kita untuk menangani bidang tertentu. Itu artinya, PD itu dibentuk dari positive
thinking pada kemampuan kita dan meyakini kalau kita memang mampu melakukan
sesuatu dengan baik (inget ya, dengan
baik bukan dengan sempurna!). Jadi, udah clear ya soal konsep percaya diri ini?
Kembali lagi ke persoalan ketidak
percayaan diri dalam menulis. Ada banyak sekali hal yang memengaruhi
kepercayaan diri kita, mulai dari nggak PD karena merasa nggak berbakat sampai
takut dikomentarin negatif oleh pembaca. Tidak berniat sok tahu, apalagi sok
pinter. Kalau berdasarkan pengalaman
saya sih ada beberapa tips untuk menghalau rasa kurang PD itu. Beberapa di
antaranya saya rangkum pada poin-poin di bawah ini:
1. Kalau Nggak
PD, Terus Kapan Mulainya?
Suatu hari
salah satu rekan kerja saya di kantor lama cerita kalau dia habis membaca
tulisan-tulisan saya di blog. Dia bertanya bagaimana perjalanan saya membangun
blog dari dulu hingga dimonetize
seperti sekarang. Dia pun menutup ceritanya dengan bilang punya keinginan
ngeblog dari lama, tapi belum terwujud karena merasa tulisannya jelek. Jujur
saya kaget dengan pengakuannya tersebut karena dia pernah bilang hal serupa
pada akhir 2015 lalu. Itu artinya langkahnya terhenti karena rasa PD-nya.
Jawaban
saya kala itu pun simple dan berisi pertanyaan balik yang retoris, “lha,
kalau kamu malu terus, kapan mulainya donk itu blog?”
Mendengar
cerita teman yang suka nulis dan pengen ngeblog, tapi nggak PD dengan
tulisannya tuh bikin saya gemes. Saya selalu menekankan kepada siapapun -yang cerita kalau mereka tidak PD dengan
tulisannya- bahwa untuk mengunggah tulisan
kita hanya perlu klik publish.
Bukan memikirkan bagaimana reaksi orang terhadap tulisan kita. Selama tulisan
digarap dengan data dan fakta yang lengkap maka nggak perlu takut dengan
tanggapan pembaca nantinya. Berpikir terlalu lama justru membuat kita nggak melangkah
ke step selanjutnya. So, kalau nggak PD terus dengan
tulisanmu, ya kubur harapanmu untuk
menulis lalu diapresiasi orang lain! Hehe.
Percaya
nggak sih kalau dengan berani klik publish,
tulisan kita akan semakin lebih baik dari waktu ke waktu? Saya orang yang
percaya dengan hal itu. Flashback ke
tulisan saya pada awal kenal blog dulu, rasanya taste dan logika tulisannya jauh di bawah tulisan sekarang (ya walaupun sekarang belum bagus-bagus amat
sih). Namun, keberanian mengunggah tulisan tersebut membuat saya terpacu
untuk belajar terus menerus sehingga kualitas tulisan pun meningkat. Jadi
intinya, kita nggak perlu menunggu sampai sempurna untuk menyajikan tulisan
kepada pembaca. Tulis dan unggah saja.
Apapun reaksi yang pembaca tunjukkan pada kita, anggap saja sebagai
motivasi untuk menulis lebih baik lagi.
3. Banyak Baca dan Jangan Malas Riset
Kalau
temen-temen mau nulis curhat, mungkin riset nggak begitu diperlukan ya? Tapi,
membaca tulisan orang lain baik dalam bentuk buku atau artikel tetep perlu.
Membaca membantu kita untuk berpikir kreatif dan mengajari kita berpikir dari
banyak sudut pandang. Udah gitu, membaca juga membantu kita memperkaya kosakata
sehingga tulisan jadi nggak boring
dan kebanyakan redundant kata (pengulangan kata yang sama dalam satu
kalimat). Selain itu, terbiasa membaca bakal memudahkan kita untuk membuat
rangkaian kata yang enak dibaca. Kalau sudah begitu nggak ada alasan untuk
nggak PD kan?
4. Buat
Kerangkanya Dulu!
Kemarin
malam saya iseng-iseng bikin polling
di twitter yang berisi pertanyaan apa yang membuat temen-temen nggak PD dengan
tulisannya. Peserta pollingnya Cuma
14 orang sih, tapi 50% lebih menjawab topik ngalor-ngidul adalah alasan yang
membuat mereka nggak PD dengan tulisannya. Hmm... kalau sudah begini,
jawabannya simple, “ya bikin kerangka
dulu sebelum nulis!”
Saya
memang nggak selalu menuliskan kerangka paragraf satu hingga sekian itu
membahas apa, tapi saya selalu memulainya dengan judul. Bagi saya, judul adalah
kerangka yang membantu saya mencegah tulisan kesana kemari. Nah, kalau kamu tim
bikin judul dulu baru nulis atau nulis dulu baru bikin judul?
5. Stop
Bilang “Maaf Tulisanku Random” dalam Tulisan!
Setiap kali blogwalking, saya paling males saat menemukan blogger yang menulis,
“maaf tulisanku random” pada tulisannya sendiri. Itu
semacam mengakui kekurangan yang nggak perlu semua orang tahu. Merasa kurang boleh dan justru bagus, tapi selama
perasaan kurang itu membimbingmu menjadi lebih giat menulis serta memperbaiki
kualitas tulisanmu. Akan tetapi, menyatakan diri soal kekurangan dalam
tulisan justru membuat pembaca nggak yakin dengan gagasan yang disampaikan. So, stop menyampaikan kalimat yang
menyatakan ketidakpercayaan diri pada tulisanmu di postingan blog!
Dari
sekian banyak cara agar PD dengan tulisan sendiri, lima poin di atas menurut
saya yang paling utama (lagi-lagi
ini versi saya sendiri lho ya!). Teman-teman boleh mempertimbangkan cara
saya tersebut. Namun, nggak menutup kemungkinan kalau setiap orang punya
triknya sendiri agar bisa PD dengan tulisannya.
Selain gimana mengatasi rasa nggak PD dengan tulisan sendiri,
selir Bang Wiro juga meminta saya sharing
soal gimana caranya menulis dengan
konsisten. Jawaban sebenarnya hanya, “menulislah terus!” Tapi kan itu nggak solutif. Jadi, seperti
jawaban pertanyaan sebelumnya, saya jawab pertanyaan kedua ini dalam beberapa
poin di bawah ini, mari kita renungkan bersama!
1.
Jadikan
Menulis Sebagai Kebutuhan
Sandang, pakan, dan papan memang kebutuhan primer saya, tapi masih
ada satu lagi yang tak kalah pentingnya yaitu, menulis. Orang-orang terdekat
saya paham bagaimana saya sangat butuh menulis. Menulis itu terapi pada saat
saya mengalami stres dan punya masalah. Apalagi sejak beberapa tahun terakhir
saya menyadari bahwa menulis bisa meredam energi negatif (marah). Oleh karena
itu, saya selalu butuh menulis untuk menjaga kewarasan diri. Baik tulisan itu
saya simpan sendiri maupun saya unggah di blog.
Bukan hanya saya yang menjadikan menulis sebagai sarana untuk
melampiaskan energi negatif (dari marah hingga trauma), karena hal yang sama
juga diamini oleh penulis buku, Salsabeela “Ollie” Halimatussadiah.
Pada suatu kesempatan saat berbincang dengannya, Mbak Ollie bilang
bahwa dirinya rutin menulis jurnal setiap hari (tentunya di samping nulis blog atau buku). Bukan dia saja,
selebgram kondang Alodita pun melakukan hal yang sama. Mereka berdua adalah
orang-orang besar yang menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Mereka merekam
hal-hal yang perlu disyukuri melalui tulisan dan mereka juga menyalurkan
kekecewaan melalui tulisan. Tidak jarang tulisan berisi rekaman itu justru
bermanfaat untuk orang lain saat diunggah di blog maupun website khusus. Lebih penting dari itu, tulisan tersebut akhirnya
membantu mereka untuk bisa berpikir waras terus.
2.
Buat
Timeline Menulis
Saat menulis sudah jadi kebutuhan, sebenarnya nggak terlalu sulit
untuk konsisten. Namun, selama ini saya tetap membuat timeline. Saya mewajibkan diri menulis untuk blog satu hingga tiga
tulisan setiap minggunya. Wajibnya sih sebenarnya tiga tulisan, tapi kadang ada
pekerjaan lain yang lebih penting jadi ya saya hanya nulis satu. Kebiasaan
menulis dengan jumlah tersebut sudah saya jalani sekitar setahun lebih. Awalnya
berat, tapi lama-lama sudah berjalan dengan sendirinya. Kalau temen-temen sudah
konsisten menulis, kamu nggak akan kehabisan ide dan justru semakin jeli
melihat topik yang layak untuk ditulis!
3.
Menulislah
untuk Diri Sendiri
Bercita-cita menyajikan tulisan yang menginspirasi orang lain
memang baik, tapi untuk mengawalinya, menulislah untuk diri sendiri terlebih
dulu. Dengan menulis untuk diri sendiri, kita nggak akan terbebani dan merasa
jauh lebih enjoy. Senangkan diri kita
dengan cara menulis, maka kita akan terus menulis karena merasa senang
melakukannya. Urusan dibaca orang lain dan bagaimana reaksinya itu jangan
dipikirkan terlalu dalam. Soalnya, “wong
urip kuwi nek orang nyinyir ya dinyinyirin!” Jadi, santai saja!
4.
Sekali
Lagi, Jangan Malas Membaca, Melihat, dan Mendengar!
Kalau dianalogikan dengan proses pencernaan, menulis itu ibarat
pup. Orang bisa pup kalau dia makan, begitu pun dengan menulis. Orang bisa
menulis kalau banyak membaca, melihat, dan mendengar. Intinya semua hal bisa
kita jadikan tulisan selama kita peka. Membaca, melihat, dan mendengar, selalu
membantu kita menambah wawasan dan meningkatkan kepekaan. Tiga hal itu pula
yang jadi bahan bakar dalam tulisan. Semakin peka, semakin banyak topik
tulisanmu, maka semakin konsisten pula untuk menulis!
Empat poin tersebut menurutku cukup
untuk membantu kita konsisten dalam menulis. Sebenarnya dengan konsisten
menulis, kepercayaan diri terhadap tulisan kita juga bakalan tumbuh semakin
baik. Satu hal yang tak kalah penting, kita bakal tambah peka dalam melihat
suatu kejadian dalam hidup dengan berbagai sudut pandang. Orang-orang yang
mampu menyajikan tulisan inspiratif itu pasti sudah terbiasa menulis
sebelumnya. So, jangan ragu untuk
menuliskan gagasanmu dan menyajikannya di blog.
Apalagi setelah temen-temen jadi
pendekar dalam 31 hari menulis, harusnya kamu semakin PD dengan tulisan sendiri
dan semakin terbiasa menulis setiap hari. Jangan biarkan blogmu mati suri
setelah 31 hari menulis tahun ini berakhir! Nggak perlu menunggu sampai 31 hari
menulis tahun berikutnya untuk mencurahkan gagasan dari sudut pandangmu.
Menulislah terus, barangkali dengan tulisan kamu bisa bayar kost sendiri, bayar
makan sendiri, dan hedon dengan uang sendiri. Sekali lagi, karena menulis itu
membuat kaya (meminjam kalimat di bio
twitter Bang Wiro) dan membuat pikiranmu lebih terbuka! Salam menulis.
Dari Erny Kurniawati
Seorang
mahasiswi pejuang skripsi dan blogger di balik www.ernykurnia.com
No comments:
Post a Comment