Yang pertama ini datangnya dari pemenang BLOG TERANGKER #31HariMenulis tahun lalu.
Selamat Membaca! :)
***
Kembali Menyapa (Mengenang) #31HariMenulis
Oleh Danastri Rizki N.
Hampir dua tahun lalu, tepatnya 20 Mei
2015, tulisan pertama saya untuk #31HariMenulis edisi tahun 2015 diunggah.
2015 adalah tahun kedua keikutsertaan saya setelah 2012 silam--iya, selama itu.
Selang tiga tahun yang ada ternyata membuat selera tulisan saya bisa berubah
banyak dan terima kasih kepada #31HariMenulis sudah menjadi sarana dan wadah
rekam jejak transformasi itu.
2012 dulu, saya melalui #31HariMenulis sebagai
mahasiswa tahun kedua dengan 97,84% pikiran-jiwa-raga tersita untuk kuliah.
Ternyata itu menghasilkan tulisan-tulisan yang kelewat analitik terhadap
hal-hal di sekitar--saya bilang 'kelewat' karena kalau dibaca sekali lagi, rasanya
kok cocoklogi-wagu-ra masuk-njuk ngopo dan tulisan-tulisan yang
dihasilkan jarang yang bersifat fiksional dan didominasi oleh refleksi atas
keseharian yang bersifat essay--antara selo dan
kurang piknik itu bisa setipis itu, guys. Bisa dibilang, ruang
imajinasi saya sangat sempit waktu itu karena setiap minggu sibuk meladeni
tugas Reportase, Penyuntingan Media, dan Jurnalisme Media Cetak--dan mungkin
terlalu sibuk hingga luput menulis sebanyak empat hari dan harus membayar denda
Rp 80.000. Jadi, apa yang saya tulis sepanjang 31 hari di tahun 2012 adalah
refleksi mentah dari keseharian kala itu dan proses kreatif atau perenungan
dari pengalaman menulis untuk #31HariMenulis di tahun 2012 bisa
dibaca di sini.
Di tahun 2015, sebagai mahasiswa tingkat akhir
yang sudah terbiasa melihat teman-teman seperjuangan bertoga dan berkalung
cumlaude, 'hanya' skripsi yang menghantui di ranah akademis jadi ada lebih
banyak ruang untuk mengembangkan imajinasi. Jika 2012 saya hanya memiliki
saya sendiri sebagai persona yang diceritakan, tahun 2015 saya memiliki Mei,
Mama Mei, Eta, Juned, Linda, Oen, dan beberapa tokoh figuran lainnya--bahkan
hingga sosok Steven Gerrard yang dimetaforakan (ringkasannya bisa disimak di sini). Mereka lahir dari remah-remah
refleksi keseharian, tidak mentah seperti tahun 2012 silam. Mereka hidup dalam
kepala kecil ini selama 31 hari penuh--'hidup' as in sebagai
jiwa-jiwa mungil yang memiliki nama, kepribadian, kisah hidup, keseharian, dan
bahkan interaksi sosial satu sama lain. Seperti itulah sejatinya menulis
kreatif, membiarkan ide itu hidup dalam kepala kita--mengalir tanpa diarahkan,
kecuali jika kamu adalah seorang jurnalis yang rigid dengan data dan fakta yang
kalau dibiarkan 'hidup' justru jadi bias. Kata Joko Anwar di Ajisaka 2013,
membangun cerita adalah membiarkan karakter itu hidup dalam pikiran kita--tidak
persis begitu tapi kira-kira begitulah, ingatan saya tak setajam itu.
Jadi, apa yang perlu ditulis untuk
#31HariMenulis? Apapun yang bisa ditulis! Lalu apa yang bisa ditulis? Apapun--like--literally
anything! Apapun yang hidup dalam kepalamu dan itu menggairahkanmu. Sel-sel
otakmu menari ketika berkarya dengan diksi dan menyusunnya dalam puisi?
Tulislah! Atau ketika menangkap sebuah potret humanis di warung tempat kamu
tadi membeli rokok? Tulislah! Atau ketika jengah menghadapi timeline sosmed
dan ingin mengutuk konspirasi yang ada? Tulislah! Atau ketika hanyut dalam
dimensi audio-visual sebuah film? Tulislah! Atau ketika sekedar melamun
menatapi secangkir kopi yang kamu sesali karena rasanya tak sebanding dengan
harganya? Tulislah! What you see, hear, feel, sniff, touch, and read
can be written. Kamu akan terdecak kagum dengan
kesederhanaan-kesederhanaan ide yang bisa diberikan dunia untuk diolah oleh
otakmu, berkat #31HariMenulis yang menuntutmu untuk mengkaryakan tulisan
original setiap harinya.
Bagi teman-teman penulis; pengasah diksi,
pengurai data, pembungkus imajinasi, perangkai fakta, atau bagaimana pun kamu
melihat dirimu dari caramu menulis, selamat berpesta kata dan konsistensi
selama 31 hari ke depan!
karena menulis adalah bagian dari pemaknaan #bahagiaitusederhana,
untuk #31HariMenulis
Keren sekali Danastri!
ReplyDeleteTerima kasih sudah terus menyemangati menulis :)