Wednesday 12 June 2013

Penulis Tamu Ketujuh #31 Hari Menulis

menuju penutup nih. semoga bukan yang terakhir kalinya. hiks..

oke, penulis tamu kali ini hadir dari jurusan Hubungan Internasional UGM angkatan 2010. Gadis ini lahir dengan nama yang panjang, I Gusti Ayu Azarine Kyla Arinta.  Nama panggungnya Rinta kalau merasa menggantung di akhir nama, bisa kalian tambah COS, sehingga bisa dipanggil Rintacos. walau begitu Rinta bukan pecinta Sin-Cos-Tangen, dia lebih suka Buku, Fotografi, Buddhism, jalan-jalan. Rinta juga suka keindahan alam, namun ia tidak suka dangdut, Banda Neira dan Sore lebih bersahabat ditelinganya. Kini Rintacos akan berbagi tentang kehidupannya dinegeri seberang yang jarang ada rumah makan padang. (derry safrabbani)



Road Less Taken
oleh
I Gusti Ayu Azarine Kyla Arinta


Two roads diverged in a yellow wood
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Dihadapkan pada suatu pilihan memang sepertinya sudah jadi takdir manusia dan merupakan suatu yang inevitable dalam proses pendewasaan, 5 tahun lalu saya dimanusiakan dan didewasakan oleh pilihan yang datang dengan konsekuensinya masing masing.Di penghujung kelas 2 SMA menjelang tahun terakhir saya sebagai anak ‘sekolahan’, saya memilih untuk menunda masa kelulusan dan pergi ke Amerika Serikat, just for the sake of experiences and living outside the straight line. Tentunya waktu itu saya tau bahwa pergi ke Amerika Serikat berarti masa SMA setahun lebih lama, tahun terakhir tidak bersama angkatan tercinta, melewatkan wisuda SMA bersama 8 2009 dan harus menyaksikan teman teman saya menduduki bangku kuliah lebih dulu dari saya. And yet, my guts told me at that time, spending 10 months in a foreign country is exactly what I need and what I lost will be exchanged with a lifetime experience.


And I did have a lifetime experience.
Pengalaman yang mendewasakan dan membantu saya mengidentifikasi sedikit puzzle kehidupan tentang siapakah diri saya sebenarnya? Apa yang saya inginkan dalam kehidupan?

Selama 10 bulan dari Agustus 2008 sampai dengan Juni 2009 saya merasakan kehidupan luar biasa di kota kecil bernama Ogden yang dapat dicapai dengan waktu tempuh 1,5 jam dari Salt Lake City, ibu kota Utah.Ogden, dan Utah secara keseluruhan merupakan lokasi yang paling tepat buat saya yang memiliki kecintaan terhadap alam yang indah.Ogden kota kecil yang penuh dengan ladang jagung ini dikelilingi oleh barisan pegunungan yang terlihat indah dan selalu berubah warna mengikuti musim yang sedang berlangsung.Pertemuan pertama saya dengan Ogden, saya langsung jatuh cinta, dengan gunung gunung disekitarnya dan dengan langit malam di musim Summer yang warnanya selalu biru cerah, I’ve never seen that much stars at night nor I’ve ever seen a sky with a color so beautiful it makes me want to sleep outside at night.
Saya dan Host Family pertama, The Bowman.

Saya dan Host Family pertama dan kedua, The Bowman & The Allen.

Rasa cinta saya bukan cuma akan keindahan alamnya tetapi juga pada aspek aspek didalamnya, Utah itu terkenal sebagai pusat dari agama Mormon (dengan 85% populasi memeluk agama Mormon) yang seringkali disalahpahami oleh banyak orang sebagai agama dengan tradisi terbelakang seperti poligami, tidak boleh memiliki alat elektronik, cara pacaran yang konvensional dimana pacaran baru boleh umur 16 tahun dan harus didampingi keluarga.
This is one of the best part of traveling to a foreign place, you get to understand something that you misunderstand before, you get to get your eyes open to facts, and not assumptions.Pada kenyataannya, ajaran Mormon yang didalami oleh orang orang Utah ini menjadikan mereka salah satu kelompok agama dengan family value yang sangat kuat dan itu tertular pada saya, I was invited to a lot of family gathering dan I was treated like a real family, not as a foreign exchange student from an exotic country.Kecintaan dan pengabdian mereka pada keluarga masing masing telah menggariskan fondasi baru dalam kehidupan saya.

Saya dan anak anak keluarga Bowman: Harlie, JT, Macy, and Jett saat camping keluarga

Saya lalu jatuh cinta juga dengan bagian penting dalam kehidupan saya sekarang: buku dan karya sastra.Dari dulu saya memang suka baca, tetapi guru bahasa Inggris saya di Fremont High School Utah tempat saya bersekolah disana ibaratnya telah membukakan saya pintu Narnia, saya diperkenalkan dengan buku buku yang telah membuat saya tidak lagi bisa berhenti membaca buku. Pada kelasnya yang sangat menginspirasi, Mr. Fendrick membuat saya dan semua orang di kelas English 11 (11 means Junior Class, kelas 2 SMA) membaca buku buku luar biasa seperti The Great Gatsby, 1984, Of Mice and Men, dan Hamlet.Diluar kelas dia mengenalkan saya dengan buku yang menjadi favorit saya sepanjang masa dan semacam kitab buat saya, The Catcher in the Rye.Bagi saya, Mr.Fendrick adalah my own version of John Keating from Dead Poets Society, guru pertama dalam hidup saya yang benar benar menginspirasi, sebagaimana gambaran saya tentang seorang guru.

Semua kecintaan dan rasa bahagia pun tapi tidak bisa menutup fakta bahwa saya juga mengalami kesepian, lost in translation, restlessness and homesickness yang disebabkan oleh keluarnya saya dari comfort zone. Tetapi semua hal dalam kehidupan, kesedihan dan kesenangan, kepergian dan kepulangan, adalah proses dimana saya dan kita semua sebagai manusia dapat mengambil pelajaran dan menentukan jalan arah kehidupan.

Saya di Agustus 2008, bukanlah saya yang sama dengan saya di Juni 2009. Amerika Serikat, Utah, Ogden, Keluarga Bowman dan Keluarga Allen, Philine Allard sahabat Jerman saya yang tersayang, adalah reminisensi dari pengalaman kehidupan yang sejauh ini paling berharga buat saya.
Saya dan sahabat dekat saya, Philine Allard
Di antara barisan gunung dan canyon-canyon indah di Utah, saya semakin jatuh cinta dengan keindahan alam dan semakin di ingatkan tentang Tuhan dan betapa manusia akan lebih memahami hakikat kemanusiaannya melalui interaksi dengan alam.

Di antara salju terbaik di dunia yang turun di halaman rumah keluarga Allen saya mendapatkan ketenangan dan inspirasi, memahami bahwa keindahan itu didapat dimana saja because with our thought  and state of mind we make our own world.
Di antara bunyi dengkuran Dillon si German Shepherd gendut dan bunyi heater di rumah, saya disadarkan bahwa fondasi utama dari kehidupan seseorang adalah kecintaannya pada hal yang membesarkannya, keluarga.

Dan diantara kesedihan yang disebabkan harus mengulang satu tahun SMA tanpa orang orang yang saya kenal, wisuda terlambat setahun, dan lebaran sendirian tanpa keluarga sama sekali, saya tetap menemukan diri ini bersyukur.

I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.

No comments:

Post a Comment