Thursday 6 June 2013

Penulis Tamu Kelima #31 Hari Menulis

tulisan ini membuat saya berkeringat. mengapa ? karena ketika saya buka filenya, tulisannya dempet semua dan saya harus spasi satu-satu sambil garuk kepala dan menahan hati yang terus digoyang tulisan ini. mengapa goyang ? karena ditulisan ini, Amnesti yang tubuhnya kecil dan putih seperti cotton bud ini akan berbagi tentang skripsi. 
(derry s.)

Se-krip-sikyoojokesusu sing nggarap!
oleh
Amnesti Marta

Beberapa bulan silam, saya memutuskan untukmematikan akun Twitter. Saya juga menghentikan aktivitas rutin kegemaran, menulis di blog pribadi. Kedua hal tersebut disebabkan oleh suatu hal yang memiliki unsur kepentingan kelas wahid, skripsi. 

Saya harus memfokuskan diri jika ingin lulus kuliah tepat waktu. Saya harus mengurangi waktu senggang berseluncur di dunia maya apabila bertekad menyongsong masa depan gemilang. 
Tapi ah…rupanya itu semacam wacana yang sulit terealisasi. 
Buktinya, saya membua takun Twitter anyar. Derry menemukan akun saya. Kemudian saya diminta untuk menjadi penulis tamu di 31 Hari Menulis edisi 2013.

Saya bingung ketika Derry mendapuk saya sebagai salah seorang yang diberi kehormatan menulis cerocosan untuk dibaca para peserta. Apa yang harus saya tulis?
Saya tengah vakum menulis, baik sebagai penulis blog maupun penulis lepas di media non-komersial.
Tentu, semua telah menguasai teknik menulis dengan baik dan benar sesuai ajaran para dosen di jurusan Ilmu Komunikasi. Pun, semua sudah memiliki ciri khasmasing-masing dalam menulis di blog atau menulis di media-media lainnya.
Atas dasar itu, saya memutuskan untuk menulis tips mengerjakan  skripsi. Lebih tepatnya, “tips yang bisa dilakukan ketika kalian ‘bukanlah mahasiswa yang rajin-rajin amat’ dan sedang mengalami depresi ketika proses pengerjaan skripsi”.
Berikut tips-nya:

Curhat keteman seangkatan .Ada dua tipe teman seangkatan yang bisa diajak curhat. Pertama, teman yang progresnya lebih baik daripada kita.Teman yang seperti ini biasanya akan memberikan motivasi supaya kita dapat mengejar ketertinggalan sesegera mungkin. Namun sebagian dari kita justru merasa minder apabila melongok keteman yang telah maju lebih dulu.Untu kmengantisipasi hal semacam ini, silahkan curhat pada tipe teman kedua. Teman yang statusnya‘jalan di tempat’, sam asepert ikita. Tipe teman semacam ini cenderung asyik untuk diajak galau berjamaah memikirkan nasib skripsi yang buntu, lantas melakukan perjanjian untuk memperbaiki nasib.Saling memotivasi.Kemungkinan terburuk, jalinan kerjasama justru berujung pada ‘males ketemu males’. Hehehe.

Rajin membaca buku. Sering-seringlah membacabuku, meski itu bukan referensi-referensi untuk skripsi. Hal tersebut akan membuat otak kita tetap terasah dan jauh dari praduga ‘males belajar’. Coba bayangkan, nongkrong di kedai kopi dengan laptop di meja plus tangan sedang memegang bacaan. Dapat dipastikan, kita akan tercitrakan sebagai mahasiswa tingkat akhir yang rajin mengerjakan skripsi di manapun lokasinya. Padahal, PDF yang dibuka dan buku yang ada di genggaman bukanlah literasi tentang Manajemen Media ataupun ManajemenKonflik, melainkan tulisan-tulisan Oscar  Wilde atau Hemingway. Sekali lagi, hehehe.

Menonton film.Meskipun, konon, film telah ditahbiskan sebagai tema penelitian yang ‘susah tembus’ pada saat digelarnya rapat judul, namun menonton film masih menjadi ‘alternatif favorit untuk menghilangkan penat akibat skripsi’ vers iAmnesti. Tontonlah film sesuai preferensi, entah itu film-film Hollywood atau film-film festival Eropa. Bagi yang kesusahan mengakses film-film non-Hollywood, silahkan berkunjung di rental film Universal Gejayan. Saya biasa berburu di sana. (Serius, ini bukan selipan iklan).

Mendengarkan musik. Hampir semua manusia di dunia ini gemar mendengarkan musik, tak terkecuali para mahasiswa tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsi. Bahkan, musik sangat cocok didengarkan saat pengerjaan skripsi tengah berlangsung. Seperti kata Bob Marley, “good thing about music, when it hits you, you feel no pain”.Barangkali, musik bisa menghilangkan derita akibat mengerjakan skripsi secara berkepanjangan.

Mendatangikonser yang pantang dilewatkan. Jika mendengarkan musik saja tidak mampu mengobati  tekanan batin akibat susahnya mengerjakan skripsi, silahkan datangi konser incaran.  Seperti yang saya lakukan akhir tahun lalu, jelang rapat  judul putaran November. Sembari  menghilangkan kegalauan akibat judul skripsi yang dinilai tidak problematis, saya memutuskan untuk mengejar konser sebuah band kegemaran di negeri seberang. Bisa ditebak, saya malah makin lupa dengan skripsi.Lupa, lupa, dan lupa.Takdinyana, band tersebutjustru diundang manggung di Indonesia pada Mei lalu.Saya hanya dapat menatap nanar pada halaman form pengajuanjudul yang belum direvisi sambil berujar, “seandainya kesungguhan saya dalam mengerjakan skripsi berbanding lurus dengan mengejar idola hingga menyeberangi lautan”.Hiks.

Begitulah tips seadanya yang dapat saya bagi dalam sesi penulis tamu 31 Hari Menulis edisi 2013. Hanya ada satu kesimpulan dari segala pelampiasan fana di atas, berdoa serta berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa merupakan kunci utama.Semoga mahasiswa kelas menengah macam kita dilimpahkan berkat maupun rahmat-Nya, sehingga mampu duduk manis berjubahkan toga di Grha Sabha Pramana sambil menyenandungkan HymneGadjahMada. Tidak lupa saya ingin menyampaikan saran kepada Awe Foundation agar mengadakan proyek yang lebih spektakuler dibandingkan 31 HariMenulis, yakni 100 Hari Mengerjakan Skripsi berhadiah 100 juta rupiah.Pasti itu akan lebih bermanfaat bagi para  mahasiswa tingkat akhir di seputaran lembah UGM.

Amnesti Marta. S

Saat ini, statusnya hanya satu: mahasiswa tingkat akhir yang berharap dapat duduk manis di GSP sesegera mungkin.

No comments:

Post a Comment