Penulis Tamu Kedelapan #31 Hari Menulis

aduh ga usah banyak cingcong!

ini dia Blogger Tersangar Ilmu Komunikasi UGM tahun 2012 !

kini ia akan berbagi tentang hal yang agak serius padahal ya orangnya ya serius. padahal dia anak orkestra dan serius band udah bubar.

(derry s.)

Antara Beasiswa dan Keseimbangan Semesta

oleh

Shofi Awanis

Saya adalah penganut prinsip siklus keseimbangan semesta. Apapun yang kita ambil dari semesta adalah hutang yang harus kita kembalikan. Dengan begitu semesta jadi punya alasan untuk berhutang kembali kepada kita, lalu mengembalikannya lagi dalam kadar berlipat ganda. Begitu terus sampai nggak ada akhirnya.

Ketika dideketin Derry buat jadi penulis tamu, saya jadi mikir mau nulis tentang perburuan beasiswa aja. Kenapa? Karena berburu cinta terbukti mahal harganya, pemirsa!

YAK LANJOT!!!

Sebagai anak usia tanggung yang belum punya penghasilan tetap dan ijazah bertitel sarjana, wajar dong kalau kita ngemis. Ngemis ke orang tua, ngemis ke institusi, ngemis ke pemerintah. Tapi prinsip saya, harus jadi pengemis yang classy dan pake otak. Maka mari kita mengemis beasiswa!

Dari dulu saya selalu semangat kalau ada peluang beasiswa. Karena dibayarin! Terus duit dari ortu bisa dipake jajan deh. Sesimpel itu. Haha. 3 tahun SMA sampai masuk kuliah saya full dibeasiswain PT Timah. Pas udah kuliah saya pernah dapet beasiswa pemenang essay Dataprint.  Terus pas mau ikut DREaM summer programnya UGM 2011, dapet lagi beasiswa dari Kantor Urusan Internasional yg emang kebetulan nyediain slot buat host delegates buat program tersebut. 2012, aplikasi beasiswa saya nembus kedutaan Amerika dan dapet beasiswa full buat SUSI (Study of United States Institutes) New Media and Journalism selama 5 minggu (studi di Indiana, tur ke Pennsylvania, Kentucky, Virginia, New Jersey, New York, Washington DC). Pulang dari sana ternyata aplikasi beasiswa saya buat program exchange TF LeaRN di National University of Singapore keterima, dibiayain Temasek Foundation selama satu semester studi.

Ribuan alhamdulillah sampai sekarang masih nggak henti-hentinya terucap. Tapi sesudah bersyukur lantas apa? Masa iya sudah ngabisin devisa negara, pajak rakyat, profit company, tapi terus nggak ngapa-ngapain? Menurut saya itu adalah tindakan paling tidak bertanggungjawab yang seorang manusia tega lakukan.

Ketika sudah diberi banyak kesempatan dalam hidup, kita semestinya berbagi. Berkontribusi balik sesuai kemampuan di bidang masing-masing. Membuka kesempatan-kesempatan lain untuk orang lain. Mungkin saat ini kita memang belum bisa kasih makan orang satu negeri. Belum bisa bangun sekolah, rumah sakit, jalan raya yang megah. Bahkan buat bertahan hidup satu bulan aja mesti berjuang.

Tapi, innamal a’malu bin niat. Kalau udah niat buat kebaikan insyaAllah selalu ada jalan. Saya memilih jalan itu dengan stay lebih lama di organisasi yang membesarkan saya dari awal, Forum for Indonesia. Bergerak di bidang kepemudaan, youth movement bahasa gaulnya. Lebih lengkapnya liat aja di websitenya yak http://forumforindonesia.org/ panjang kalo dijelasin di sini. :P

Intinya kalau pada heran kenapa hari gini, di saat semua mahasiswa angkatannya harusnya pada sibuk fokus skripsi, magang, bojoan, si Shofi Awanis ini masih selo-selonya nambah kerjaan ngurusin organisasi kepemudaan. Nyelungsep-nyelungsep ke desa padahal bukan proyek KKN. Ngeribetin masalah summit nasional padahal bukan anggota DPR. Saya punya alasan tertentu untuk itu.

Saat ini saya dipercaya menjabat sebagai Vice Chairman. Sementara Chairmannya sendiri adalah Andin Rahmana Putera. Ketika masih di Singapur, saya ditelfon Andin, ditawarin buat maju dalam periode berikutnya. Langsung saya okekan. Kenapa? Karena saya merasa banyak hutang budi sama organisasi yang telah mengantarkan saya ke tahap ini.

Waktu exchange saya pernah ngobrol sama anak PINUS (Persatuan Pelajar Indonesia yg ada di NUS). Dia bilang gini,

“Suatu saat kalau bonding ini udah selesai, gue pengen balik ke Indo. Bukti bakti gue sama negeri yang ketunda.”

Jreng! Ketampar banget. Padahal dia masih punya utang 6 tahun buat kerja sama pemerintah Singapura atas ikatan beasiswa yg diterimanya. Tapi niatnya buat balik untuk Indonesia setelah itu udah kepatri dari awal. Salut. Banyak orang-orang yang sukanya cuma menerima, tapi lupa memberi lagi.

Memberi itu menurut saya bisa berupa apa aja. Dengan terjun langsung di organisasi, oke. Di akademis, cool. Dengan berkarya di bidang kreatif, sip. Dengan belajar dan jadi profesional muda, teruskan. Bahkan dengan ikut 31 hari menulis, bisa berbagi banyak hal dengan orang lain kan. Poinnya adalah, do something matters!

Kita nggak pernah tahu apa yang kita lakukan yang akan merubah hidup orang lain.

Hanya karena kita pernah dipercayakan Tuhan untuk mendapatkan sebuah kesempatan yg nggak semua orang dapet, jangan jadi sombong, jangan jadi tamak. Ingat setinggi apapun, status kita masih pengemis. Pengemis rezekinya Tuhan.

Hidup memang pilihan ya. Saya nggak punya hak juga buat ngatur-ngatur harus bagaimana dengan kesempatan besar yang dititipkan Tuhan buat masing-masing kita. Tapi lewat ini seenggaknya saya mau menawarkan pola pikir ‘keseimbangan siklus semesta’ yang saya jelaskan sebelumnya. Take and give.

Yuk niatin buat give more dulu. Biar semesta punya hutang buat kasih kita hal-hal yang lebih juga.

SEMANGAT!!!

PS: Ngomongin tentang berbagi, ini adalah buku kumcer 31 Hari Menulis tahun lalu yang saya self-published di http://nulisbuku.com/books/view/omnibus-mei. InsyaAllah mau saya jadiin hadiah personal buat the next blogger terangker tahun ini. J