Monday 7 May 2012

Penulis Tamu Keempat #31harimenulis


Banyak orang yang suka menulis dan berniat menerbitkan tulisannya menjadi buku. Sayangnya tak banyak yang berhasil melakukan itu. Blog, media online ataupun kicauan di sosial media memang menarik. Namun mencium harum buku dan membolak-balik halaman tetap sebuah pengalaman yang sulit tergantikan. Maka alangkah membahagiakannya jika tulisan kita dapat dibukukan.

Dila Maretihaq Sari, Mahasiswi Komunikasi UGM 2006, kini bekerja sebagai seorang editor di sebuah penerbitan besar. Ia tak mau penerbitannya disebut namun sebagai contekan penerbitannya baru saja meluncurkan sebuah novel yang jadi buah bibir, semoga anda bisa menebaknya. Dalam tulisan ini ia membantu kita melihat tulisan yang biasa dipilih penerbit untuk dibukukan. Kebetulan karena spesialissi Dila pada bagian remaja maka ia menuliskan pengalamannya sebagai editor buku untuk segmen remaja. Bukan berarti tulisan ini hanya penting untuk para penulis remaja yang ingin tulisannya menjadi buku. Tulisan ini seperti memberi satu langkah ke depan bagi mereka yang ingin tulisannya dibukukan. (Ardi Wilda)

Cara Funky Kirim Naskah ke Penerbit Beken

Kalau mau jadi penulis beken, tulislah naskah terbaikmu sekarang, terus kirimkan ke penerbit. Jika udah beken, penerbit yang akan ngejar-ngejar kamu J.

Delapan tahun yang lalu saya pernah mendapati naskah novel saya dikembalikan oleh penerbit dengan embel-embel, "Maaf,naskah kamu belum bisa kami terbitkan,bleh bleh bleh." Penolakan, guys T^T. Naskah saya ditolak dengan kejam oleh sebuah penerbitan beken tanah air, inisialnya GPU. Setelah itu, saya mutung dan enggak punya nyali lagi masuk-masukin naskah ke penerbit buku. Nyalinya masuk-masukin cilok ke mulut. Jadilah saat itu, pagi yang cerah berubah sendu. Hasrat yang merekah menjadi layu. *okelebay, please jangan  ditiru.

Delapan tahun kemudian, terbukti roda memang berputar, begitu pula kehidupan hihihi. Sekarang saya  sering jadi si kejam dari gua penerbitan tersebut. Bukan inisial GPU sih, tapi enggak kalah beken ;p. Iya, kejam nolakin banyak naskah masuk. Nah! Sejak jadi si editor kejam tadi, saya jadi agak mengerti mana naskah-naskah yang #okesip, mana pula yang #okebuang.

Siapa tahu diantara kamu pengin juga beken dengan jalan jadi penulis, coba simak kategori naskah #okebuang versi editor sotoy ini J. Kalau tips, saya takut menggurui, padahal enggak kasih garansi juga habis baca ini naskah kamu jadi antibadai, eh antitolak. Jadi, saya bocorin pengalaman pribadi saya aja yah, itung-itung intip dapur penerbitan buku.

Kategori naskah #okebuang
  1. Enggak mengindahkan pesan sakral penerbit di kolom tata cara mengirim. Misalnya, aturan penerbit hanya menerima softfile, eh kamu gaya-gaya kirim outprint dalam bentuk buku tersampul rapi. Pada kenyataannya, penyimpangan seperti itu selalu saya abaikan hehehe. Kebetulan kantor saya sedang bermigrasi terima naskah via online aja, khususnya lini saya, remaja.
  2. Email yang dikirim tanpa tedeng aling-aling. Jadi, penulis hanya kirim email isinya attachment naskah seorang diri, tanpa ada surat pengantarnya, sinopsisnya, kelebihan naskahnya. Bisa aja naskah bagus,  tapi  kalau enggak kebaca, sama aja kan yah? J
  3. Enaknya sih tetep pakai ditulis maksud dan tujuan email kamu itu apa. Walaupun nulisnya model begini à“Kak! Terbitin naskahkuuu dooonk, nanti kalau udah terbit kabarin yaaah!” ini ehem better daripada enggak ada sama sekali -___-. Jadi editor remaja harus menyesuaikan tingkat kelabilan emosi yah, guys J.
  4. Naskah yang kurang rapi. Meskipun nanti diedit oleh pihak penerbitan, please jangan menyiksa editor maupun proofreader dengan naskah yang titik koma spasi aja masih lupa cara makainya -___-. Naskah model begini bikin editor jadi galau dan sedih. Kasihan yah? Makanya jangan. J
  5. Naskah yang enggak punya sesuatu. “Sesuatuuu yang ada di hatiku, sesuatuu yang ada di hatimuuu.” Ternyata sesuatu itu emang penting beud, guys J. Maksudnya  sesuatu ini adalah hal yang enggak pasaran dan enggak biasa. Misal naskah remaja yang keseringan menye-menye itu harus ada sesuatu yang positif dan menginspirasi remaja lain.


Eh itu ternyata, saya tetep sotoy sok-sok dikit-dikit kasih tips ya? Hehehe. Okelah, karena enggak tahan ini deh saya kasih untuk melampiaskan ke-sotoy-an saya J
  1. Kenali naskahmu dan penerbit incaranmu, biar nanti cocok. Misalnya, jangan kirim naskah saru ke penerbit religi -___-. Cara kenalnya bisa dengan sering main ke toko buku, lihatin buku-buku apa diterbitin sama penerbit apa. Sekarang toko buku online juga banyak, main ke website penerbit juga gampang J.
  2. Jangan abaikan hal remeh temeh (misalnya attitude mengirim naskah dan teknis di naskahmu). Sebenarnya, dari hal kecil ini kesungguhanmu itu kelihatan J. Tulis dan usahakan naskahmu semaksimal mungkin agar bisa terbit dan jadi bestseller!
  3. Tanyain lagi ke penerbit yang kamu tuju jika dalam waktu yang dijanjikan kamu belum juga mendapat kepastian T^T. Tapi, jangan sehari sekali yah emailnya, bisa-bisa si editor banting komputer L. Oiya, cara ini (menanyakan kembali) sukses loh kalau buat saya. Misal ada penulis yang kirim email nanyain naskahnya, biasanya saya akan langsung cek lagi naskah dia, walaupun enggak jarang abis itu langsung saya tolak L. Kepastian emang kadang pahit, guys :*.
  4. Ini super duper puenting! Selain tentu saja naskah itu sendiri, sinopsis dan kelebihan naskah adalah sangat penting beud. Karena kedua sesuatu ini menjadi pintu gerbang bagi naskahmu menuju kesuksesan gemilang diterbitan J, err seenggaknya bagi saya. Yang pertama kali saya baca, tentu saja sinopsis. Kalau sinopsisnya aja sudah enggak menggugah selera, biasanya males lanjut ke naskahnya hehehe. Jadi, bikin sinopsisnya yang funky yah, yang lengkap tapi jangan sampai seratus halaman juga sih, sewajarnya. Dan, enggak usah sok bikin penasaran sinopsisnya, tulis aja dalam bentuk ringkasan naskah J.
  5. Terus menulis dan kalau ditolak di penerbit satu, coba tembak penerbit yang lainnya. Satu pintu ketutup, seribu pintu lainnya masih kebuka, mudah-mudahan hihihi. Masih banyak juga penerbit indie J. Jadi, tetep semangat yah, jangan kayak saya, lihat kan sampai sekarang enggak jadi penulis bestseller T^T. Dan, selalu berdoa mudah-mudahan Tuhan mengiringi perjuangan kamu :*.


Okey, sekian dulu yah, ke-sotoy-an saya udah terlampiaskan, Terimakasih sudah mau membaca, jika dirasa kurang bermutu, silakan gebukin Pak Guru Ardi yang minta saya nulis ini hihihi. HWAITING!

Cemuga Cukces Celalu,
Dila Maretihaq Sari
Komunikasi 2006

No comments:

Post a Comment