Wednesday 25 May 2011

Manajemen Stress Dalam Skripsi

Pengantar admin: Skripsi adalah kata yang sering menjadi momok bagi mahasiswa. Tak hanya karena ini adalah tugas akhir yang menentukan kelulusan, melainkan juga karena mata kuliah berkode UNU 600 ini menimbulkan banyak efek samping. Stres adalah efek samping utama dari si mata kuliah yang akan menentukan apakah kita bergelar Sarjana Ilmu Politik atau tidak.
Melihat merebaknya mahasiswa yang stres akibat skripsi maka admin mengundang seorang Iqbal Hamdan yang sempat stres akut mengerjakan skripsi namun bisa lolos dari jerat stres akibat tugas akhir tersebut. Kini ia tinggal menanti jadwal pendadaran yang akan keluar sebentar lagi. Penyuka mainan tamiya 4 WD ini berbagi cerita mengenai bagaimana manajemen stres dirinya dalam skripsi. Semoga tips manajemen stres dalam skripsi dari Iqbal "Babal Hamdan" Muhammad mampu menjadi oase bagi peserta #31harimenulis yang sedang menggarap skripsi. Selamat membaca dan jangan tambah stres.  


MANAJEMEN STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI
Oleh: Iqbal Muhammad aka Babal Hamdan 

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar istilah stress . Di kampus misalnya, acap kali terdengar mahasiswa mengucapkan istilah ini saat mereka baru keluar dari ruang ujian . Demikian halnya di depan kantor jurusan, mahasiswa tingkat akhir biasa menggunakan kosakata stress untuk mengekspresikan perasaan ketika skripsinya direvisi dosen pembimbing di berbagai lini.

Sebenarnya apa terminologi stress itu? Menjawab hal ini, Cooper dalam Pettinger (2002:8) mengungkapkan bahwa stress adalah segala sesuatu yang menghalangi seseorang dari tujuannya sehingga kemudian muncul perasaan-perasaan negatif disertai ketegangan, kegelisahan, kekosongan, dan kesia-siaan. Penyebab stress bisa bermacam-macam mulai dari menumpuknya pekerjaan, menyiapkan ujian pendadaran, hingga ditolak gebetan. Sementara menurut Rhoma Irama (1995, lagu bisa dilihat disini), penyebab strees adalah terlalu sibuk bekerja, menganggur terlalu lama, kekasih main gila, dan kenakalan remaja.

Meski penyebab stress sangat beragam, tulisan ini akan membatasi telaahnya pada stress yang diakibatkan karena menulis skripsi. Lebih lanjut tulisan ini akan diarahkan untuk menjabarkan kiat-kiat yang perlu dilakukan dalam mengelola stress tersebut. Seperti halnya organisasi/institusi, stress saat menulis skripsi juga perlu dikelola dengan baik untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. 

Saat menulis skripsi, setidaknya ada tiga kendala yang bisa menjadi penyebab stress. Pertama adalah isi skripsi itu sendiri. Kita kerap dipusingkan mencari teori-teori yang relevan, kalimat pembuka yang enak, hingga kosakatya yang asik untuk menyambung kalimat. Ketika semua kendala itu terakumulasi, kita dapat mengalami stress. Alih-alih mencoba menyelesaikan, banyak orang kemudian malas dan menelantarkan skripsinya hingga jangka waktu yang lama.

Terkait hal ini ada solusi yang bisa kita coba. Sejenak kita bisa berhenti memikirkan skripsi secara holistik dan lebih fokus pada masalah yang dapat dikerjakan dengan mudah, membuat cover misalnya. Meskipun terlihat sepele, mood mengerjakan akan timbul perlahan-lahan sehingga kita dapat lebih fokus memecahkan masalah berikutnya.

Kedua, masalah yang biasa muncul saat menulis skripsi adalah dekatnya batas waktu (deadline). Kita tentu tidak bisa meminta waktu tambahan atau injury time seperti dalam permainan sepakbola . Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan waktu secara maksimal. Hal ini bisa dilakukan dengan mengerjakan skripsi sambil mengurung diri di kamar selama beberapa hari. Sementara saja, karena menulis skripsi tidak membutuhkan waktu sebanyak membangun Tembok China atau Jembatan Selat Sunda.

Namun jika Anda adalah tipe orang yang tidak suka mengurung diri, diskusi dengan teman seperjuangan bisa menjadi alternatif. Berkumpul di kafe sambil minum kopi atau coklat panas dengan koneksi internet dapat membantu Anda menemukan suasana kondusif untuk menulis. Namun perlu diingat, segeralah pulang jika kafe tutup. Hal ini penting untuk menjaga nama baik Anda dan almamater.

Masih terkait waktu, sebagian orang hanya mampu mengerjakan skripsi secara maksimal di waktu-waktu tertentu, sepertiga malam terakhir misalnya. Turuti saja naluri alamiah Anda ini selama waktu menulis nanti benar-benar efektif. Di waktu lain Anda bisa beristirahat, bermain game, pacaran, atau apa saja yang bisa meregangkan otot saraf. Yang penting, saat waktu mengerjakan tiba, energi yang kita punya dapat digunakan secara maksimal.

Ketiga, masalah biasanya muncul dari lingkungan eksternal khususnya dosen pembimbing. Terkadang kita merasa bahwa tulisan kita sudah sangar namun dosen pembimbing berkata lain dan merevisinya . Selain itu, karena kesibukannya dosen pembimbing terkadang tidak mudah ditemui. Karenanya kita harus mampu mengoptimalkan kemampuan diri sendiri, bukan sedikit-sedikit curhat sama dosen pembimbing. 

Posisi dosen pembimbing dalam penulisan skripsi adalah memberikan arahan supaya penulisan yang kita lakukan tidak melenceng dari kaidah-kaidah penelitian. Kita boleh menanyakan apa saja yang berhubungan dengan penelitian, namun usahakan batasi pada topik yang benar-benar tidak kita kuasai saja. Untuk masalah-masalah sederhana, manfaatkanlah kesaktian diri sendiri dan koneksi internet. Adalah tidak bijak menanyakan cara membuat daftar isi dan merapikan tabel kepada dosen pembimbing.

Demikian tips-tips manajemen stress yang bisa saya sampaikan. Adalah hak asasi masing-masing individu untuk mengimplementasikannya atau tidak. Yang pasti masih ada Tuhan yang senantiasa mendengarkan doa umatnya selama kita sungguh-sungguh berusaha. Seperti dikatakan Rhoma Irama (1995), stress obatnya iman dan taqwa serta mensyukuri apa adanya. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka :
Buku
Pettinger, Richard. 2002. Stress Management. Oxford: Capstone Publishing
Lirik Lagu :
Irama, Rhoma. 1995. Stress. Jakarta : Musica Studio





No comments:

Post a Comment